Sekolah Di Palu Diliburkan Karena Bentrok

id sekolah

Sekolah Di Palu Diliburkan Karena Bentrok

Ilustrasi (antarafoto)

Lebih baik menghindar daripada jadi korban salah sasaran...
Palu,  (antarasulteng.com) - SMA Negeri 6 Palu terpaksa diliburkan pascabentrok antarwarga yang terjadi di Jalan Padajankaya, Selasa malam (4/6).

Ipang, penjaga SMA Negeri 6 Palu, Rabu, mengatakan bahwa kepala sekolah membuat kebijakan libur sementara karena situasi lingkungan sekitar tidak mendukung untuk kegiatan belajar dan mengajar.

Dia mengaku tidak mengetahui batas waktu kebijakan libur sekolah tersebut. "Mungkin kalau sudah aman, sekolah dibuka kembali," katanya.

Meski telah dinyatakan libur, beberapa guru terlihat masih berada di sekolah.

Bahkan ada sejumlah siswa yang telah berangkat sekolah namun terpaksa pulang kembali karena mendapati kelasnya kosong.

Beberapa waktu sebelumnya, SMA Negeri 6 juga terpaksa meliburkan siswanya karena bentrok antarwarga yang pecah pada pagi hari.

Bentrok yang melibatkan warga Kelurahan Duyu dan Kelurahan Pengawu tersebut terjadi pada Selasa petang (4/6).

Ratusan warga saling lempar menggunakan batu, sebagian di antaranya menggunakan senapan angin.

Bentrok tersebut menewaskan seorang warga karena terkena senapan angin di dada kiri.

Sementara itu sembilan rumah musnah dibakar massa tak dikenal, sedangkan sejumlah rumah lainnya rusak karena dilempari batu.

Saat ini sekitar 200 orang yang berada di sekitar lokasi bentrok mengungsi ke tempat aman karena merasa khawatir keselematan jiwanya terancam.

"Lebih baik menghindar daripada jadi korban salah sasaran," kata Adi, salah warga yang mengungsi.

Pemerintah Kota Palu sendiri akan memberikan bantuan makanan kepada masyarakat yang mengungsi.

Saat ini sekitar 250 aparat keamanan masih bersiaga di lokasi bentrok guna mengantisipasi kejadian susulan.

Beberapa waktu sebelumnya, kedua warga yang bertikai sempat menyerahkan senjata kepada pihak kelurahan dan berjanji tidak akan melakukan kekacauan, namun hal itu diingkari.

Penyebab bentrok sendiri diduga adalah dendam lama yang dipicu rebutan lahan parkir, batas desa, dan perkelahian remaja. (SKD)