Pemprov Sulteng Paparkan Peluang Investasi di Brussel

id Investasi, Sulteng, Wagub, Suaib Djafar

Pemprov Sulteng Paparkan Peluang Investasi di Brussel

Buah kakao berkualitas yang banyak dihasilkan oleh petani Sulawesi Tegah (ANTARA/Irwansyah)

Suaib : Ternyata yang mengeruk untung selama ini dari kakao Sulawesi adalah Singapura karena banyak kakao dari daerah ini diolah di Singapura dulu baru kemudian diekspor ke negara-negara Eropa.
Palu (antarasulteng.com) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah memaparkan sejumlah peluang investasi di hadapan para pengusaha Eropa di Brussel, Belgia, beberapa waktu lalu.

Pemaparan tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Sudarto didampingi Kepala Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Sulawesi Tengah Suaib Djafar.

"Hanya empat provinsi yang mendapat kesempatan diundang Kedutaan Besar Indonesia di Brussel untuk menghadiri Marketing Investmant Indonesia (MII)," kata Suaib Djafar di Palu, Selasa.

Dia mengatakan acara yang berlangsung tanggal 17 Juni 2013 tersebut merupakan penghargaan atas empat daerah yang realisasi investasinya melampaui target yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI tahun ini.

Realisasi investasi penanaman modal daerah di Sulawesi Tengah saat telah mencapai Rp4,8 triliun dari Rp2,6 triliun target investasi penanaman modal 2013 di daerah itu.

Tiga daerah lainnya yang melampaui target adalah Aceh, Sulawesi Barat dan Kota Bandung. "Pak Wagub memaparkan peluang investasi di tiga sektor unggulan yakni perikanan kelautan, perkebunan kakao dan kopi," kata Suaib.

Pemaparan itu dihadiri 15 calon investor dari sejumlah negara di Eropa dan Amerika.

Suaib mengatakan konsumsi cokelat di negara-negara tersebut sudah tinggi sehingga kebutuhan mereka atas bahan baku juga tinggi. Sementara di Indonesia khususnya Sulawesi Tengah konsumsi cokelat per kapita masih rendah. "Tapi kita punya keunggulan sebagai pemasok bahan baku," katanya.

Menurut Suaib, respon pengusaha Eropa dan Amerika terhadap pemaparan pemerintah provinsi tersebut cukup menggembirakan, hanya saja Sulawesi Tengah masih diperhadapkan kendala pada konsistensi produksi.

Suaib mengatakan jika ada jaminan konsistensi pemenuhan bahan baku tersebut, investor tidak ragu lagi berinvestasi di daerah ini, karena kapasitas pabrik pengolahan cokelat di Eropa tidak pernah cukup. "Mereka hanya mengandalkan pasokan dari negara-negara penghasil kakao di Afrika," katanya.

Sementara kondisi produksi kakao di Sulawesi Tengah saat ini mengalami pasang surut, bahkan cenderung menurun.

Di Kabupaten Donggala, misalnya, produksi kakao di daerah itu menurun hampir 8.000 ton pada 2010 dari tahun sebelumnya.

Dia mengatakan Brussel mengakui kualitas kakao asal Indonesia hanya saja dari mutu dari kakao tersebut masih rendah karena perlakuan petani belum mengutamakan fermentasi.

Suaib mengatakan negara-negara Eropa saat ini juga membutuhkan kakao yang tidak disentuh pestisida, sementara umumnya kakao dari Sulawesi Tengah sudah tersentuh pestisida akibat banyaknya serangan hama.

Suaib mengatakan ternyata yang mengeruk untung selama ini dari kakao Sulawesi adalah Singapura karena banyak kakao dari daerah ini diolah di Singapura dulu baru kemudian diekspor ke negara-negara Eropa.

Menurut Suaib, Singapura saja yang hanya menjadi tempat transit kakao masih mendapat faedah.

"Itu artinya keuntungan di sektor hilir dari kakao itu cukup besar. Padahal Singapura masih memproduksi kakao dalam bentuk bubuk," katanya.***