Penyakit meningensofalokel yaitu kelainan kongenital berupa penonjolan selaput otak dan cairan otak lewat defek (lubang) pada tulang kepala. Kelainan ini terjadi karena kurangnya asupan asam folat pada ibu bayi.
Mataram (ANTARA) - Lembaga sosial dan kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Nusa Tenggara Barat membantu pengobatan Zahwa Julia Akila, bayi berusia satu bulan yang divonis menderita meningensofalokel.

"Kami membantu memfasilitasi orang tua bayi tersebut untuk berobat ke rumah sakit," kata Penanggung Jawab Program ACT NTB, M Romi Saefudin, di Mataram, Sabtu (10/8).

Penyakit meningensofalokel yaitu kelainan kongenital berupa penonjolan selaput otak dan cairan otak lewat defek (lubang) pada tulang kepala. Kelainan ini terjadi karena kurangnya asupan asam folat pada ibu bayi.

Romi mengatakan Zahwa Julia Akila, diketahui mengalami kelainan sejak masih dalam kandungan, ketika ibunya melakukan USG pada kehamilannya saat usia kandungan 9 bulan kurang 9 hari.

Putri dari pasangan Wawan Iswandi (22), dan Maeza Putri (17) itu dilahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Praya, Kabupaten Lombok Tengah, dengan persalinan normal.

Setelah lahir, kata Romi, pihak rumah sakit menyarankan agar Zahwa menjalani perawatan untuk beberapa hari ke depan.

Baca juga: ACT NTB kembali distribusikan bantuan 10.000 liter air

"Namun karena keterbatasan biaya pihak keluarga terpaksa membawa pulang Zahwa. Orang tuanya juga tidak punya kartu BPJS Kesehatan," ujarnya.

Ia mengatakan relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) ACT NTB sudah berkunjung ke rumah orang tua Zahwa di rumahnya di Dusun Sebolet, Desa Mujur, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah.

Kini, Zahwa sudah dirujuk ke Rumah Sakit Umum Provinsi NTB, oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Praya, Kabupaten Lombok Tengah untuk dioperasi.

Menurut Romi, sebelum menjalani perawatan secara medis, kondisi Zahwa masih memprihatinkan.

Bayi itu terlihat kesulitan dalam bernapas karena tampak ada tarikan napas di dinding dada dan terdapat suara napas tambahan.

Untuk bertahan hidup, Zahwa harus minum susu formula dari SGM, karena badannya langsung membiru saat meminum ASI ibunya.

"Zahwa dan kedua orang tuanya tinggal di sebuah rumah sederhana yang dihuni oleh tujuh orang anggota keluarga lainnya. Kedua orang tua Zahwa belum memiliki kartu keluarga dan tidak memiliki kartu BPJS Kesehatan," ucap Romi.

Selain membantu pengobatan, ACT NTB juga memberikan biaya hidup kepada orang tua Zahwa selama masa pengobatan. Seban ayah Zahwa hanya buruh serabutan dengan pendapatan kurang dari Rp500 ribu per bulan.

"Saat ini, orang tua Zahwa menanti uluran tangan donatur untuk membantu biaya operasi karena kartu BPJS Kesehatan masih dalam proses," ujar Romi.

Baca juga: ACT-MRI NTB distribusikan kelambu ke daerah endemik malaria
Baca juga: ACT-MRI NTB santuni korban tabrak lari

Pewarta: Awaludin
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019