Palu (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyebut melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di triwulan II 2019 dari sisi pengeluaran disebabkan tiga komponen.

"Dari sisi pengeluaran, beberapa komponen yang menyebabkan perlambatan antara lain konsumsi RT (Rumah Tangga), investasi/PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dan ekspor- impor," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng M. Abdul Madjid Ikram saat memeparkan perkembangan ekonomi Sulteng triwulan II 2019 di Palu, Rabu.

Ia menjelaskan pada triwulan II 2019 konsumsi RT hanya tumbuh 0,16 persen secara year on year (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yakni 1,38 persen (yoy).

Meskipun terdapat fenomena Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13, sektor rumah tangga terindikasi menahan konsumsi yang terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perseorangan hingga 17,31 persen (yoy).

"Sementara itu, investasi mengalami kontraksi 14,25 persen (yoy). Hal ini karena investor cenderung masih wait and see terhadap hasil pemilu pemilihan presiden 2019. Jadi para investor masih menahan uangnya untuk berinvestasi di Sulteng sampai mereka tahu siapa presiden yang terpilih,"ujarnya.

Kinerja ekspor pada triwukan II 2019 lanjutnya, juga menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai ekspor hilirisasi nikel dan Liquefield Natural Gas (LNG) masing-masing tercatat menurun 10,36 persen (qtq) dan 8,47 persen (qtq) pada triwulan laporan.

"Di sisi lain, impor tumbuh tinggi hingga 53, 57 persen (yoy), seiring kuatnya impor barang modal dan impor bahan baku industri hilirisasi nikel di Kabupaten Morowali,"katanya.

Meskipun impor tumbuh tinggi dan ekspor tunggu terbatas, Madjid mengatakan net ekspor Sulteng masih menghasilkan surplus yakni sebesar 1,23 miliar Dollar Amerika Serikat (USD) pada semester I 2019.
.
.

Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019