Jakarta (ANTARA) - Industri manufaktur diproyeksikan akan menjadi sektor pertama yang memanfaatkan jaringan seluler generasi kelima (5G) saat teknologi itu diterapkan secara global, termasuk di Indonesia.

"Jaringan 5G akan mendukung transformasi digital," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Ismail, saat uji coba jaringan 5G Smartfren di pabrik Marunda Refinery milik PT Smart di Jakarta, Senin.

Baca juga: Smartfren uji coba jaringan 5G, kecepatannya tembus 8,7 Gbps

Ismail menjelaskan jaringan seluler 5G akan mendorong efisiensi biaya pada sejumlah aspek dalam industri, termasuk peningkatan produksi dan perolehan pendapatan baru.

Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan Indonesia akan mengikuti perkembangan global dengan menerapkan jaringan 5G dalam teknologi telekomunikasi.

Jaringan 5G, menurut Merza, merupakan solusi atas konsumsi pita lebar (bandwidth) pada sektor industri manufaktur, termasuk dalam penggunaan perangkat Internet untuk segala (Internet of Things). Jaringan 5G pun dinilai bukan hanya tentang konektivitas melainkan juga terkait kompetensi sumber daya manusia.

Baca juga: Nokia menanti alokasi spektrum 5G di Indonesia

"Bagi kami, (jaringan) 5G merupakan kelanjutan (teknologi komunikasi) yang dapat meningkatkan kemampuan bangsa untuk berkompetisi dengan negara lain," kata Merza.

Smartfren menguji coba jaringan 5G pada frekuensi 28GHz milimeter wave dengan kecepatan unduh maksimum 8,7 GHz di pabrik Marunda, Jakarta Utara.

Merza menilai ada sejumlah tantangan implementasi jaringan 5G, misalnya penggunaan frekuensi 28GHz untuk aplikasi yang membutuhkan reaksi dan latensi secara langsung (realtime), misalnya untuk mobil otonom.

Baca juga: Huawei Indonesia rekomendasikan spektrum 3,5 GHz untuk 5G

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019