kami memperkirakan pasar akan mengulangi premi risiko geopolitik dalam minyak
Singapura (ANTARA) - Harga minyak memperpanjang kerugian mereka dari sesi sebelumnya di perdagangan Asia pada Rabu pagi, setelah menteri energi Arab Saudi mengatakan Kerajaan akan mengembalikan produksi minyak yang hilang pada akhir bulan.

Tetapi investor tetap berhati-hati terhadap potensi ketegangan di Timur Tengah setelah Amerika Serikat mengatakan mereka percaya serangan yang melumpuhkan fasilitas minyak Arab Saudi akhir pekan lalu, berasal dari Iran barat daya. Iran membantah terlibat dalam serangan itu.

Minyak mentah berjangka Brent turun 36 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 64,19 dolar AS per barel pada pukul 00.05 GMT (07.05 WIB), setelah jatuh 6,5 persen pada sesi sebelumnya.

Baca juga: Harga minyak anjlok 6 persen, Arab Saudi berhasil pulihkan pasokan

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah 43 sen atau 0,7 persen menjadi 58,91 dolar AS per barel, setelah merosot 5,7 persen pada Selasa (17/8/2019)

"Mengingat kerentanan rantai pasokan Saudi dan kemungkinan serangan seperti itu dapat terulang di masa depan, kami memperkirakan pasar akan mengulangi premi risiko geopolitik dalam minyak," kata Harry Tchilinguirian dari BNP Paribas dalam sebuah catatan.

“Pasar minyak sejauh ini puas dengan perkembangan terakhir di Timur Tengah. Menurut pendapat kami, ini tidak akan lagi menjadi masalah ke depan."

Arab Saudi berusaha meyakinkan pasar setelah serangan pada Sabtu (14/9/2019) mengurangi separuh produksi minyak, mengatakan pada Selasa (17/9/2019) bahwa produksi penuh akan dipulihkan pada akhir bulan.

Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pada Selasa (17/9/2019) bahwa produksi minyak rata-rata pada September dan Oktober akan menjadi 9,89 juta barel per hari dan bahwa eksportir minyak utama dunia itu akan memastikan komitmen pasokan minyak penuh kepada pelanggannya bulan ini.

Saudi Aramco telah memberi tahu beberapa perusahaan penyulingan Asia bahwa mereka akan memasok volume minyak mentah yang dialokasikan penuh pada Oktober, meskipun dengan beberapa perubahan.

Namun, risiko terhadap harga minyak tetap ada setelah seorang pejabat AS mengatakan bahwa Washington percaya serangan itu berasal dari Iran barat daya.

Hubungan antara Amerika Serikat dan Iran telah memburuk sejak Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap ekspor minyaknya.

Teheran menolak tuduhan pihaknya berada di balik serangan itu dan pada Selasa (17/9/2019) mengesampingkan pembicaraan dengan Trump.

Persediaan minyak mentah AS naik 592.000 barel dalam pekan yang berakhir 13 September menjadi 422,5 juta, data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan pada Selasa. Para analis memperkirakan penurunan 2,5 juta barel. Data resmi pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Dolar melemah jelang keputusan suku bunga Bank Sentral AS

Baca juga: Harga emas naik 2 hari beruntun, investor beralih ke aset aman

Baca juga: Saham di Wall Street naik, investor tunggu penurunan bunga The Fed


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019