Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengimbau masyarakat yang terkena kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk menghindari risiko pajanan asap guna mencegah munculnya masalah kesehatan lebih lanjut.

"Pada populasi atau orang-orang yang sudah terpapar asap, baik karhutla atau polusi udara, tentu pertolongan pertamanya menghindari risiko pajanan," kata Ketua Bidang Ilmiah dan Penelitian PDPI Dr. Andika Chandra Putra melalui sambungan telepon kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

Ia menuturkan bahwa upaya menghindari risiko pajanan asap dapat dilakukan dengan menggunakan masker, baik masker bedah ataupun masker N95.

Baca juga: Kapolda Kalbar : 504.000 warga terdampak ISPA

Upaya itu perlu dilakukan untuk tetap menjaga daya tahan tubuh sehingga menghambat proses terjadinya infeksi pada saluran pernapasan bagian atas.

Upaya lain yang perlu dilakukan adalah dengan memperbanyak air minum guna menghindari dehidrasi yang dapat melemahkan daya tahan tubuh, selain juga bisa membantu mengurangi peradangan.

"Asap itu menyebabkan partikel-partikelnya terakumulasi di saluran napas atas. Kita harapkan dengan banyak minum, pasien hidrasinya lebih bagus. Sehingga daya tahan tubuhnya juga lebih baik dan infeksinya tidak berlanjut," katanya.

Baca juga: Petugas Puskesmas jemput bola datangi warga terdampak asap

Upaya selanjutnya, kata Dr Andika lebih lanjut, adalah dengan memberikan nutrisi yang baik bagi tubuh melalui konsumsi makanan-makanan bernutrisi, terutama makanan yang tinggi kalori dan protein.

"Sehingga perlawanan tubuhnya bisa lebih baik," ujarnya. Sementara itu, bagi individu yang sudah terkena infeksi di saluran pernapasan, mereka memerlukan obat-obatan antikuman atau antibiotik.

Jika ada keluhan yang menyertai, contohnya seperti dahak yang banyak atau disertai demam, maka penderita perlu diberi obat-obatan yang sifatnya simptomatik.

"Kalau keluhan-keluhan yang simptomatik (menunjukkan gejala), misalnya ada demam, bisa digunakan obat demam biasa (tidak perlu ke dokter). Tetapi jika masih berlanjut seharusnya diperiksa ke dokter," tuturnya.

Gejala lebih lanjut tersebut dapat dilihat jika penderita mengalami demam tinggi yang kemudian disertai sesak napas dengan lendir yang tampak kekuning-kuningan atau kehijauan atau memiliki frekuensi napas yang bertambah cepat.

"Itu menunjukkan ada kegawatan di respirasinya," katanya.
Baca juga: Tim Kesehatan patroli mobil oksigen di daerah terdampak asap karhutla
Baca juga: Walhi meminta pemerintah penuhi kebutuhan dasar warga terdampak asap
Baca juga: Baguna Kalbar berikan pengobatan kepada masyarakat terdampak asap

Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019