selama ini belum ada entitas yang mampu mengkoordinasikan semua riset yang ada
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)  mendukung keberadaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) karena dapat mengarahkan riset lebih terkoordinasi, terarah dan fokus.

Dengan keberadaan BRIN, anggaran riset yang kurang lebih sebesar Rp25 triliun per tahun dapat digunakan dengan lebih efisien dan efektif, kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Manajemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan Inovasi LIPI Dudi Hidayat kepada wartawan, di Jakarta, Kamis.

BRIN akan mengkoordinasikan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengembangan serta pengkajian dan penerapan teknologi sehingga tugas yang diemban besar, ujarnya.

 Baca juga: 3 bulan, Menristek Bambang formulasikan BRIN

Menurut Dudi, upaya mengintegrasikan penelitian ini tidak mudah, ada resiko besar yang dihadapi, yang mana jika pengelolaan yang dilakukan BRIN tidak benar atau tidak berjalan dengan baik, maka bisa menjadi lebih buruk.

Tapi, Dudi menuturkan resiko itu harus diambil, dan harus didukung dengan mekanisme koordinasi, monitoring serta evaluasi yang benar-benar dirancang dengan tepat dan baik.

"Mekanisme koordinasi, monitoring dan evaluasi itu harus dirancang betul dengan BRIN itu bagaimana, nanti itu di perpres (peraturan presiden) harus dituangkan dengan baik," katanya.

Dudi mengakui, selama ini belum ada entitas yang mampu mengkoordinasikan semua riset yang ada.

Baca juga: Menristek Bambang dorong swasta terlibat aktif dalam investasi litbang


Untuk itu, perlu ada satu entitas tertentu yang memiliki kemampuan implementasi yang terstruktur dengan mekanisme kerja tertentu untuk bisa mengintegrasikan kegiatan penelitian.

 Untuk itu, lanjut dia, BRIN dapat menjadi opsi baik saat ini, namun harus benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan terkait pendirian BRIN itu

Setidaknya BRIN akan menjadi payung koordinasi untuk lembaga penelitian dan pengembangan di kementerian-kementerian serta lembaga pemerintah nonkementerian dan perguruan tinggi agar bergerak senada melakukan riset sehingga harapan ke depan tidak ada lagi tumpang tindih penelitian.

"Kalau (BRIN)  berhasil, bagus, tapi kalau tata kelola buruk kurang bagus, bagaimana? Tapi kita harus hadapi risiko ini," ujarnya.

 
Baca juga: Menristek: BRIN bukan ciptakan dikotomi, tapi perkuat ekosistem riset
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019