Indonesia masih harus perlu untuk menyesuaikan dengan konteks situasi dan prioritasnya
Jakarta (ANTARA) - Indonesia dinilai sudah harus untuk mulai menerapkan ekonomi sirkular karena dapat menyentuh manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup di Indonesia.

"Kami percaya konsep ekonomi sirkular merupakan satu jawaban yang sekaligus menyentuh manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup di Indonesia," ujar Sekretaris Jenderal Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (Praise) Mignone Maramis dalam konferensi pers "Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) ke-tiga" di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan Indonesia memiliki sektor informal yang perlu diperhatikan seperti kelompok pemulung. Indonesia dapat belajar dari berbagai praktik yang sudah diimplementasikan oleh negara-negara maju.

"Namun Indonesia masih harus perlu untuk menyesuaikan dengan konteks situasi dan prioritasnyamemang masih butuh waktu. Di Eropa saja perlu beberapa dekade. Di Indonesia, pengelolaan sampah mungkin sudah berjalan, tapi belum optimal," ucapnya.

Ia mengemukakan pihaknya juga telah bekerja sama dengan seluruh pihak, di antaranya bank sampah, Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), pemerintah daerah, hingga kementerian dan lembaga.

Ekonomi sirkular merupakan pemanfaatan barang-barang secara maksimum. Konsep ekonomi sirkular berupaya mempertahankan nilai produk agar dapat digunakan berulang-ulang tanpa menghasilkan sampah (zero waste) melalui tiga cara, yakni daur ulang (recycle), penggunaan kembali (reuse) dan produksi ulang (remanufacture).

Praise merupakan asosiasi perusahaan produksi dan kemasan yang terdiri dari enam anggota yaitu Coca Cola, Danone, Indofood, Nestle, Tetrapak, dan Unilever.

Dalam kesempatan sama, Perwakilan Perusahaan Belanda di Indonesia Bert Keesman menambahkan pada tahun 2030 mendatang, Belanda menargetkan dapat mencapai 70 persen implementasi ekonomi sirkular dan pada tahun 2050 berharap dapat mencapai 100 persen implementasinya di segala bidang.

"Saat ini Belanda sudah mampu mendaur ulang 80 persen sampahnya, sementara 13 persen masih dalam proses incineration, dan tiga persen di antaranya harus kami akui masih berakhir di lahan pembuangan. Di lain sisi kami berbahagia bahwa semakin banyak perusahaan Belanda yang bergerak menuju konsep Ekonomi Sirkular ini," katanya.

Baca juga: Bali undang investor "beauty contest" tangani sampah TPA Suwung

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019