Dikhawatirkan peringatan dini yang disampaikan pada masyarakat dengan kondisi belum begitu akurat tersebut menjadi suatu kepanikan di lokasi sekitar, padahal belum tentu terjadi
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa keetepatan data dari "Multi-Hazard Early Warning System" (MHEWS) atau sistem peringatan dini multibencana masih sekitar 60 persen sehingga dinilai belum begitu akurat.

"Ini dari hasil tinjauan yang pernah dilakukan pada 2017 dan 2018. Jadi memang sekitar 60 persen dari 'warning' atau peringatan yang ditunjukkan oleh sistem MHEWS betul-betul dialami pada area yang dimaksud," kata Kepala Pusdalop BNPB Bambang Surya Putra di Jakarta, Rabu.

Namun, diakuinya bahwa area tersebut bukanlah titik yang benar-benar sama dengan kejadian bencana, melainkan hanya berada pada sekitar titik itu.

Sebagai contoh, kata dia, saat sistem memberikan peringatan bencana di desa A dan desa tersebut berada di kecamatan I. Kejadian yang telah diperingatkan sebelumnya memang terbukti terjadi di kecamatan I, namun bukan di desa A.

"Bisa saja terjadinya di desa B. Jadi 'warning'-nya benar pada sebatas kecamatan, tidak tepat di desa A," kata dia.

Kondisi yang belum begitu akurat tersebut, katanya, menjadi alasan kenapa belum bisa disampaikan hingga ke tingkat masyarakat luas, melainkan baru sebatas informasi di tingkat BPBD di setiap provinsi serta kabupaten dan kota.

"Jadi memang sebagai 'warning' pada BPBD saja agar bersiap-siap untuk melakukan upaya tertentu, misalnya banjir, bukan meneruskannya pada masyarakat," katanya.

Sebab, kata dia, juga dikhawatirkan peringatan dini yang disampaikan pada masyarakat dengan kondisi belum begitu akurat tersebut menjadi suatu kepanikan di lokasi sekitar, padahal belum tentu terjadi.

Ia mengatakan BNPB juga terus menguatkan prakiraan-prakiraan tersebut dan jika tidak memiliki cukup data, maka akan dilakukan riset yang berkelanjutan atau penyempurnaan sistem.

BNPB juga telah melakukan pelatihan penggunaan MHEWS kepada sejumlah BPBD walaupun memang belum menyeluruh. Hal itu terutama dilakukan pada daerah-daerah yang berpotensi terdampak hidrometeorologi.

"Sehingga setiap personel nantinya secara berkesinambungan bisa melihat ataupun menggunakan data dari MHEWS. Bahkan diharapkan bisa melakukan peringatan tersebut sendiri secara mandiri di daerah," demikian Bambang Surya Putra ​​​​​​.

Baca juga: BNPB terus intensifkan pengembangan MHEWS

Baca juga: BSN tetapkan SNI sistem peringatan dini bencana

Baca juga: Pengembangan MHEWS pada 2019 tidak begitu efektif

Baca juga: BPPT luncurkan alat peringatan dini tsunami

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020