Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia hingga kini belum menentukan lokasi atau tempat observasi para Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal Pesiar Dream World.

"Sampai sekarang masih belum ditentukan lokasi observasi 14 hari di mana," kata Sekretaris Ditjen (Sesditjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Achmad Yurianto di Jakarta, Jumat.

Meskipun demikian, lokasi observasi para WNI dari Wuhan di Natuna kemarin kembali disiapkan apabila ditujukan pemerintah ke sana. Namun hal tersebut hingga belum diputuskan.

"Natuna yang kemarin habis dipakai disiapkan kembali. Kita masih menunggu keputusan untuk Kapal Dream World," ujar dia.

Secara teknis, para WNI yang menjadi ABK di Kapal Dream World akan dijemput menggunakan kapal milik TNI AL. Setelah berhasil dipindahkan mereka langsung diobservasi saat boarding di kapal.

"Karena memang datanya dari awal dikatakan mereka tidak sakit Covid tapi bisa saja ada sakit yang lain," kata dia.

Para ABK akan langsung diperiksa kesehatan secara menyeluruh oleh tim kesehatan yang disiapkan di atas kapal milik TNI AL tersebut. Apabila mereka dalam kondisi sehat, WNI tersebut tetap diobservasi selama 14 hari.

Ia mengatakan jarak tempuh dari Jakarta menuju lokasi atau posisi terakhir kapal tersebut membutuhkan waktu sekitar 20 jam. Apabila sudah ada keputusan dari pemerintah maka kapal segera menjemput WNI yang berada di Kapal Pesiar Dream World.

Ratusan ABK tersebut masuk ke dalam kelompok Orang Dalam Pemantauan (ODP). Oleh sebab itu, perlu dilakukan observasi untuk menghindari risiko terburuk.

Pemerintah akan berusaha mencari cara yang paling aman bagi WNI maupun masyarakat yang akan menerima mereka setelah dikembalikan ke keluarganya.

"Pola ini persis yang dilakukan beberapa waktu lalu saat melakukan observasi di Natuna," katanya.

Baca juga: Menari hingga cinta lokasi di hanggar observasi WNI dari Wuhan
Baca juga: Belajar toleransi di Penagi, di seberang lokasi observasi Covid-19

 

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020