Sepengetahuan saya, Kementerian Energi di Indonesia berupaya untuk membuat kerangka aturan yang lebih mendukung pengembangan EBT di dalam negeri
Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen dalam sesi diskusi di Jakarta, Rabu, menyampaikan Indonesia masih memiliki dua tantangan yang perlu diatasi untuk menjadi adidaya/pemain utama energi baru dan terbarukan di dunia (EBT) atau green energy superpower.

Dua tantangan itu, di antaranya mencakup kurangnya kepastian hukum pada sejumlah regulasi dan skala bisnis yang masih cukup rendah sehingga kurang menarik minat investor, sebut Dubes Rasmus.

"Menurut saya, investor tak menghendaki adanya aturan yang mudah berubah karena yang diinginkan adalah regulasi yang bekerja dan konsisten," jelas dia usai menghadiri sesi diskusi bertajuk "Getting Real with Renewable Energy: Can Indonesia Become a Serious Green Superpower in the Next Five Years" yang digelar oleh Foreign Policy Community in Indonesia (FPCI).

Kepastian hukum dalam regulasi dan aturan berbisnis, menurut Dubes Rasmus, dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada industri energi baru dan terbarukan di Indonesia. Oleh karena itu, dia pun mengapresiasi langkah pemerintah yang berupaya membuat kerangka regulasi baku untuk pengembangan EBT di Indonesia.

"Sepengetahuan saya, Kementerian Energi di Indonesia berupaya untuk membuat kerangka aturan yang lebih mendukung pengembangan EBT di dalam negeri," terang dia.

Baca juga: Pakar: investor lebih tertarik tarif listrik EBT sesuai harga pasar
Baca juga: IEEFA : "feed in tarif" dapat digunakan untuk memulai investasi EBT


Di samping meningkatkan kepastian hukum, peningkatan skala bisnis juga jadi tantangan yang perlu ditempuh Pemerintah Indonesia. "Saatnya untuk mengurangi proyek-proyek uji coba skala kecil dan mulai mengerjakan proyek skala besar, karena itu yang akan menarik minat para investor," ujar dia.

Ia menjelaskan Indonesia memiliki cadangan energi baru dan terbarukan melimpah yang nilainya diperkirakan mencapai 400 gigawatt (GW). "Alam Indonesia diberkahi dengan sumber daya melimpah, khususnya dalam hal cadangan energi baru dan terbarukan. Indonesia barangkali punya kondisi alam yang cukup mendukung daripada tempat lain di dunia. Itu merupakan modal awal yang baik," ujar dia.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif pada tahun lalu sempat menyebut penggunaan energi baru dan terbarukan di Indonesia baru mencapai delapan persen dari total potensi cadangan 400 GW.

Berbeda dengan Indonesia, Denmark memiliki pengalaman cukup panjang mengembangkan industri energi baru dan terbarukan yang telah dimulai sejak 1995. Dalam presentasinya, Dubes Rasmus menyampaikan Denmark secara perlahan berhasil mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mulai berinvestasi membangun teknologi dan industri untuk energi terbarukan, khususnya yang bersumber dari angin dan sinar matahari.

Baca juga: Presiden Jokowi ajak Australia kembangkan energi terbarukan
Baca juga: Trinitan segera dukung EBT susul lepas saham anak usaha

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020