Pemerintah harus hadir dan bisa memberikan respon cepat jika bencana terjadi sehingga potensi jatuhnya korban bisa diminimalkan.
Padang (ANTARA) - Hamparan pasir putih yang membentang, pohon nyiur yang melambai-lambai serta beberapa gundukan bukit hijau adalah pemandangan pertama yang
memanggil-manggil dari Pulau Pagang nan eksotis di lepas pantai Sumatera Barat.

Letaknya yang berada di antara gugusan pulau membuat laut di pulau itu tenang seperti danau. Airnya yang jernih seolah meminta untuk segera diselami. Beberapa jenis ikan malah bisa terlihat dengan mata telanjang dari atas dermaga kecil di pulau itu.

Saat panas terik, berendam di air yang begitu jernih benar-benar sangat menggoda. Setelah itu istirahat, tidur-tiduran di pasir putih sambil menyeruput air kelapa muda di bawah bayangan beberapa pepohonan yang tumbuh di pinggir pantai. Hhmmm....

Secara geografis Pulau Pagang masuk wilayah Pesisir Selatan, kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu. Namun akses menuju ke sana
lebih banyak dari Kota Padang yaitu dari Pelabuhan Muaro dan Sungai Pisang.

Di Pelabuhan Muaro ada dua kapal boat milik pengelola pulau yang biasanya "stand by". Namun sistem sewanya per kapal. Cukup lumayan juga bagi yang
berkantong pas-pasan. Tetapi bagi yang berwisata berombongan, sewa kapal itu tidak terlalu mahal.

Bagi yang ingin tetap menikmati wisata Pulau Pagang tetapi anggota rombongan hanya berdua atau bertiga, disarankan memilih menggunakan kapal nelayan dari Sungai Pisang, sekitar 10 kilometer dari Kota Padang ke arah Pesisir Selatan.

Baca juga: Melirik potensi wisata Nagari Pasia Laweh Agam

Ada beberapa kapal nelayan yang diperuntukkan membawa wisatawan ke beberapa pulau di lepas pantai Sumbar itu, di antaranya ke Pulau Pagang. Harga sewanya juga tidak terlalu mahal. Bila pandai menawar, bisa Rp70 ribu per orang, pulang-pergi.

Ada satu lagi keuntungan jika berangkat dari Sungai Pisang.

Salah seorang kapten kapal di Padang, sekaligus pengelola Pulau Pagang, Heru Farta menyebut jalur dari Sungai Pisang relatif terlindung karena menyisir pinggiran pulau. Jalurnya tidak langsung berhadapan dengan samudra Hindia sehingga relatif lebih aman. Bahkan saat cuaca kurang bersahabat, jalur itu tetap aman dilalui.
Ayunan di Pulau Pagang. Salah satu spot foto favorit. (ANTARA/Miko Elfisha)

Sebelum mencapai Pulau Pagang, ada beberapa pulau dan destinasi wisata yang dilewati seperti Swarna Dwipa, Pulau Pasumpahan, Sirandah, Sikuai dan Pulau Pamutusan. Ada juga pulau yang hanya dimanfaatkan kapal nelayan untuk berlindung saat badai. Pulau-pulau itu tidak dikelola sebagai objek wisata.

Seiring "booming"nya wisata pulau beberapa tahun terakhir di Sumbar, Pulau Pagang juga berbenah. Yang ditawarkan tidak hanya keindahan pulau, pantai dan laut, tetapi juga pelayanan prima pada wisatawan yang datang.

Pulau Pagang punya area camping, kamar untuk back packer (1 ruangan enam orang), kamar VIP bahkan sedang dibangun kamar VVIP. Dan yang terpenting,
WC-nya bersih, jauh dari streotip WC di tempat wisata yang cenderung kotor, bau dan tidak terawat.

Baca juga: Wisata halal, masa depan Pariwisata Sumatera Barat

Pengunjung yang ingin menginap tinggal menyesuaikan dengan anggaran yang dimiliki. Tarifnya cukup menggoda, mulai dari Rp35 ribu/orang per hari untuk camping hingga ratusan ribu untuk kamar VVIP.

Keunggulan lain dari Pulau Pagang adalah punya listrik dan sumber air bersih sendiri sehingga tidak perlu khawatir untuk kebutuhan minum dan mandi, bahkan bila ingin menghabiskan waktu berhari-hari di pulau itu.

Bila segala kelebihan itu juga dimiliki oleh pulau lain, maka ada satu hal yang hanya dimiliki oleh Pulau Pagang yaitu menjadi Posko Penanggulangan Bencana (PB) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar untuk kawasan wisata pulau.

Posko Penanggulangan Bencana BPBD Sumbar

Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Erman Rahman mengatakan pendirian posko Penanggulangan Bencana (PB) di Pulau Pagang bertujuan untuk mengantisipasi potensi kebencanaan pada pulau-pulau yang difungsikan sebagai tempat wisata di daerah itu.

Pemerintah harus hadir dan bisa memberikan respon cepat jika bencana terjadi sehingga potensi jatuhnya korban bisa diminimalkan.

Pulau Pagang dinilai memiliki beberapa persyaratan yangi memadai sebagai pusat penanggulangan bencana, mulai dari ketersediaan air bersih hingga daratan yang cukup tinggi untuk evakuasi. Selain itu, Polair juga sudah mendirikan posko di lokasi tersebut sehingga penanggulangan bencana bisa dikoordinasikan dan dikolaborasikan.

Baca juga: Setelah kampung bunga, Lubuk Minturun Sumbar bisa jadi tujuan wisata
Pulau Pagang nan eksotis. (ANTARA/Miko Elfisha)

Data BPBD Sumbar, ribuan orang mengunjungi wisata pulau di lepas pantai Sumbar itu setiap bulan. Bila musim liburan dan lebaran, jumlahnya akan meningkat berkali-kali lipat.

Selama ini, bila terjadi bencana di kawasan pulau, BPBD harus mengirim personel dari Padang. Butuh 1-2 jam ke lokasi tergantung jenis kapal dan kondisi cuaca.

Jika ada Posko PB BPBD di Pulau Pagang, BPBD bisa menyiapkan personel dan satu kapal untuk siaga di lokasi sehingga bisa merespon dengan cepat bila terjadi bencana.

Salah seorang pengunjung, Bobi mengungkapkan pendirian posko tersebut bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung. Kalau terjadi bencana
wisatawan jelas kemana harus mengevakuasi diri secara mandiri.

Sore itu Bobi baru selesai mengumpulkan kayu-kayu kering untuk menikmati malam dengan api unggun. Namun sebelum itu, ia ingin menikmati gurat senja, lembayung di pinggir pantai Pulau Pagang, dengan denting gitar, sebatok kelapa muda dan sekilas bayangan tentang surga. 

Baca juga: Menyelisik peluang wisata halal di era milenial

Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020