Jakarta, 14/4 (ANTARA) - Masih banyak sekolah di Indonesia yang tidak mampu menyediakan satu laboratorium komputer yang memadai. Biasanya, satu komputer dipakai untuk satu anak. Secara umum, solusi untuk masalah ini adalah membeli lebih banyak komputer, sehingga makin banyak anak yang memiliki kesempatan belajar.

     Namun kini ada solusi yang lebih murah dan tepat untuk menghadapi masalah itu: MultiPoint.

     MultiPoint menawarkan solusi yang lebih terjangkau untuk meningkatkan rasio antara murid dengan komputer, selain juga mengajak para pengajar untuk menciptakan sistem belajar yang lebih kreatif.

     MultiPoint yang dikembangkan oleh Microsoft Research India merupakan aplikasi yang bisa dipakai menggunakan Windows Genuine SDK (Software Development Kit). Software ini mudah diinstal dan dioperasikan. Prototipe MultiPoint paling maju disebut Mouse Mischief yakni aplikasi berbasis PowerPoint yang bisa dikembangkan sehingga membuat pelajaran makin menarik dan interaktif. Keunggulan aplikasi ini adalah bahwa ia memungkinkan para guru menciptakan bahan pelajaran sendiri menggunakan PowerPoint dan menggabungkannya dengan Mouse Mischief.

     Business Development Manager Microsoft Indonesia, Bonnie Mamanua mengatakan MultiPoint merupakan solusi murah untuk bisa mengurangi biaya pengadaan sarana PC sekaligus meningkatkan kualitas SDM di sekolah. "Baru empat sekolah di Indonesia yang kami bantu dengan MultiPoint ini. Empat sekolah tersebut adalah SD Ungaran 2, SD Serayu, SD Muhammadiyah Sapen, SD Muhammadiyah Condong Catur. Kami juga memberikan pelatihan bagi dua orang guru dari masing-masing sekolah," katanya.

     Dengan menggunakan MultiPoint guru lebih efisien dalam waktu dan budget dalam menggunakan komputer sebagai alat belajar. Guru juga menjadi lebih kreatif dalam menyiapkan materi mata pelajaran dengan bahan-bahan yang menarik dan mudah dipelajari siswa. Di sisi lain, siswa lebih fokus, aktif, dan mudah dalam belajar. Selain itu siswa pun dapat belajar team work, berbagi dengan teman serta meminimalkan sikap individualistik.

     Bonnie mengatakan, "Teknologi MultiPoint memungkinkan beberapa murid sekaligus mengakses satu komputer secara bersama-sama.  Dengan MultiPoint, komputer bisa disambungkan dengan maksimal 30 mouse sekaligus dengan kendali ada di guru,".

     Prof. Suwarsih Madya, PhD, Kepala Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta menyambut baik inovasi Microsoft lewat MultiPoint. Bila melihat harga komputer sekitar Rp 6-7 juta, maka penggunaan MultiPoint memang sangat efisien. Komunikasi guru lebih terarah, dan anak lebih cepat merespon. Guru juga dapat merangsang spontanitas murid. Ia menambahkan, "Jika MultiPoint bisa berhasil di sekolah, saya berharap akan menjadi virus,".

     Arif Rahmanto,S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SD Muhammadiyah mengakui setelah ada MultiPoint suasana belajar jadi menarik dan anak-anak lebih fokus. "Suasana menjadi sangat menarik. Karena minimal kita dapat memanfaatkan hardware yang kita punya secara maksimal karena banyaknya jumlah siswa di sini. Selain itu konten dari Mouse Mischief juga menarik karena dapat memancing kreativitas siswa maupun kreativitas guru dalam membuat media pembelajaran," katanya.

     Untuk guru, MultiPoint dirasa sangat membantu sebagai alternatif media pembelajaran, karena dengan MultiPoint penanaman konsep akan lebih mudah, suasana kelas menjadi sangat aktif, dan guru menjadi lebih mudah dalam memasukkan atau membagi nilai-nilai kepada siswanya.

     MultiPoint juga memungkinkan seorang guru untuk menciptakan sendiri media pembelajaran yang diperlukan. Guru cukup menyusun materi suatu matapelajaran dengan MultiPoint. "Sejak November lalu ada materi dari 3 matapelajaran yakni  IPS, Matematika, dan Multimedia yang bisa diciptakan melalui MultiPoint. Dalam sehari guru bisa menciptakan banyak materi mata pelajaran. Pembuatannya sama dengan pembuatan media untuk pembelajaran lainnya," ungkap Arif. "MultiPoint benar-benar sangat membantu dalam proses belajar mengajar." 
   
     Dampak dari program ini adalah guru lebih efisien dalam waktu dan budget. Guru juga lebih kreatif dalam menyiapkan materi pembelajaran. Kepala Sekolah SD Ungaran 2, Drs. Suhardja mengatakan teknologi ini membuat proses belajar mengajar. Yang jelas, bisa menghemat anggaran untuk membeli komputer.

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009