Stigmatisasi tersebut dikhawatirkan dapat menjatuhkan mental para penderita. Begitu pula dengan yang sudah sembuh tidak perlu dijauhi.
Medan (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyatakan terpapar COVID-19 bukanlah aib atau kutukan dari Tuhan dan masyarakat diimbau tidak melakukan stigmatisasi yang mendorong tindakan diskriminasi terhadap penderita sehingga harus dihentikan.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Sumut dr Aris Yudhariansyah di Medan, Senin mengatakan, stigmatisasi tersebut dikhawatirkan dapat menjatuhkan mental para penderita. Begitu pula dengan yang sudah sembuh tidak perlu dijauhi.

"Tidak perlu takut, tetapi tentu tetap dengan melaksanakan protokol kesehatan dan disiplin sesuai arahan. Masker tetap harus digunakan dan menjaga jarak. Berikan dukungan jika ada orang yang anda kenal menderita COVID-19. Jangan membuat mereka merasa dikucilkan," tambahnya.

Aris kemudian menginformasikan bahwa GTPP COVID-19 Sumut telah mendistribusikan alat pelindung diri (APD) kepada 33 kabupaten/kota se-Sumut, dengan rincian baju coverall 4.825 buah, masker 37.725 helai dan sarung tangan 35.300 pasang.

"APD ini diperuntukkan guna membantu lebih kurang 600 pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sebagai fasilitas kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat," katanya.

Adapun perkembangan terbaru data pasien yang terpapar COVID-19 per tanggal 20 April 2020 di Sumut hingga pukul 17.00 WIB yakni pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 148 orang, positif dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) sebanyak 83 orang.

Kemudia, positif dengan metode "rapid test" sebanyak 23 orang, sembuh 13 orang dan meninggal 10 orang, demikian Aris Yudhariansyah.


Baca juga: Kabar baik, Sumut punya alat pendeteksi COVID-19

Baca juga: Gugus Tugas: Dua warga berstatus PDP COVID-19 meninggal di Medan

Baca juga: Pasien positif COVID-19 di Sumut capai 100 orang

Baca juga: Seorang pelajar di Deli Serdang Sumut meninggal dunia akibat COVID-19

Pewarta: Juraidi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020