Kami terus melakukan pelacakan untuk menemukan warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Surabaya
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebutkan saat ini ada sekitar 16 klaster penularan virus corona jenis baru atau COVID-19 di Kota Surabaya, Jawa Timur.

"Kami terus melakukan tracing (pelacakan) untuk menemukan warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Surabaya," kata Risma saat memaparkan klaster penularan COVID-19 di Balai Kota Surabaya, Minggu.

Baca juga: Pelanggar PSBB tahap dua di Surabaya diberi sanksi lebih tegas

Menurut Risma, 16 klaster tersebut di antaranya klaster luar negeri, klaster area publik sebanyak sembilan, klaster Jakarta, klaster tempat kerja berjumlah tiga, klaster seminar dan pelatihan ada dua, klaster perkantoran berjumlah dua dan klaster asrama.

Risma mengatakan ketika ada warga yang positif maka belum tentu orang tersebut masuk dalam kategori klaster baru.

Ia mencontohkan, klaster dari luar negeri, di mana petugas akan terus menelusuri kontak orang tersebut dengan siapa saja.

Baca juga: Surabaya tambah kapasitas ruang rawat pasien COVID-19

Jika dalam penelusuran itu ditemukan ada yang terkonfirmasi, maka orang tersebut menjadi satu bagian dengan klaster luar negeri. "Seperti yang terjadi di PT HM Sampoerna itu bukanlah klaster baru," katanya.

Dari 16 klaster itu, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu merinci, jumlah pasien terbaru per tanggal 9 Mei 2020 yakni orang dalam pemantauan (ODP) dengan total 2.957 orang terdiri dari 153 orang yang rawat inap, 587 orang yang rawat jalan dan yang sudah selesai dipantau sebanyak 2.217 orang.

"Kalau pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 1.540 orang dari situ terbagi rawat jalan 273 orang dan rawat inap 663 orang. Sedangkan yang sudah terpantau 601 orang dan meninggal 3 orang," katanya.

Baca juga: Tiga musisi rock Surabaya ciptakan lagu tentang corona

Sementara itu, pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 jumlahnya mencapai 667 orang. Dari angka tersebut, 343 orang di antaranya tengah dirawat inap dan 144 orang rawat jalan. Sedangkan pasien sembuh mencapai 100 orang dan yang meninggal jumlahnya 80 orang.

Dari semua itu, kata Risma, orang dalam risiko (ODR) totalnya 4.818 orang terdiri dari 210 masih dipantau, selesai dipantau 4.548 orang, Penduduk Migran Indonesia (PMI) selesai dipantau 11 orang dan PMI masih dipantau 49 dan PMI dalam pantauan jumlahnya 49.

Baca juga: Warga Surabaya pulang dari luar negeri diisolasi di hotel

"Kita telusuri terus. Misal si A ini kemana, A berjabat tangan dengan B, lalu kemana lagi itu terus kita cari. Makanya ada jumlah 4.818 itu. Kita terus awasi," ujarnya.

Saat kejadian itu, Wali Kota Risma mengatakan sebetulnya jumlahnya masih sekitar 4 ribuan. Namun, lantaran terhambat alat, maka sulit dipisahkan dengan anggota keluarganya.

"Sekarang ini sudah bisa. Kemarin kita tes swab 1.083 orang di tes swab. Di situ kita langsung bisa pisahkan yang positif dan negatif," katanya.

Baca juga: Penambahan pasien COVID-19 didominasi dari Surabaya

 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020