Denpasar (ANTARA News) - Panitia "biennale" pertama seni lukis tradisional Bali "Pita Prada" akan memberi penghargaan kepada empat pelukis yang memiliki prestasi dan reputasi tinggi dalam kancah perkembangan seni rupa di Bali.

"Seleksi yang menyangkut berbagai aspek dilakukan oleh tim juri, antara lain berupa aspek karya seni yang dihasilkan mampu memberikan motivasi dan memberikan inspirasi bagi seniman lain untuk melahirkan karya serupa," kata Pande Wayan Suteja Neka, anggota tim juri kegiatan tersebut, di Ubud, Bali, Rabu.

Ia mengatakan, tim juri beranggotakan tujuh orang melakukan penilaian terhadap 180 lukisan tradisional Bali yang dipamerkan secara serentak pada tiga museum di perkampungan seniman Ubud.

Empat seniman yang lolos seleksi secara ketat itu, selain mendapat piagam penghargaan juga berupa uang tunai yang jumlahnya akan diumumkan kemudian.

"Penyerahan penghargaan akan kami lakukan di sela-sela berlangsungnya pameran, yakni sejak 11 Desember 2009 hingga 1 Januari 2010," katanya.

Tim penilai melakukan seleksi terhadap karya-karya para seniman lukis tradisional Bali yang hingga kini tetap menggeluti aliran tersebut, tanpa terpengaruh oleh aliran modern atau kontemporer.

Pande Suteja Neka, yang juga pemilik Museum Neka Ubud menilai, seni lukis tradisional hingga kini masih tetap ditekuni oleh seniman di berbagai tempat Pulau Dewata.

Dalam perkembangan seni lukis tradisional itu muncul marshab Sanur, Nagasepha, mewakili corak lukisan Bali Utara. Selain itu marshab Kamasan, Kabupaten Klungkung, marshab Batuan, Ubud (Kabupaten Gianyar) dan marshab Kapal (Kabupaten Badung).

Dalam perkembangannya, marshab Ubud membagi diri dalam beberapa submarshab, antara lain submarshab Kutuh, Keliki, Taman, Tebesaya, Padang Tegal, Pengosekan dan Penestan yang melahirkan aliran besar Young Artist.

Perkembangan seni lukis tradisional Bali itu mampu melakhirkan seniman-seniman muda yang berbakat untuk mewarisi dan meneruskan kesinambungan seni di atas kanvas di Pulau Dewata, ujar Pande Suteja Neka.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009