Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia, sangat berdampak pada masyarakat.

Namun, dalam berbagai keterbatasan sumber daya yang ada, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan seluruh perpustakaan di Indonesia bahu-membahu bekerja sama untuk terus berkontribusi memasok berbagai pengetahuan dan meningkatkan literasi masyarakat.

Dalam situasi pandemi, layanan perpustakaan tidak dapat lagi hanya mengandalkan layanan di tempat. Untuk itu, Perpusnas dan berbagai perpustakaan di daerah melipatgandakan layanan daring.

Kebutuhan informasi dan pengetahuan masyarakat tetap dapat dilayani dengan sangat baik melalui portal web Perpusnas (www.perpusnas.go.id). Dengan satu klik pemustaka dapat mengakses berbagai buku elektronik, jurnal elektronik, naskah digital, peta digital, koran digital dan bahan pustaka multimedia.

Masyarakat di mana pun berada, dipastikan dapat memutakhirkan pengetahuannya dengan membaca buku-buku digital terbaru, dari penerbit ternama Indonesia, menggunakan aplikasi i-Pusnas melalui gawainya. Bahkan, orang boleh bertanya tentang apa saja secara daring melalui fitur livechat - “tanya pustakawan”.

Perpusnas terus melakukan terobosan dalam upaya peningkatan budaya gemar membaca dan literasi masyarakat Indonesia. Terobosan utama melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Kegiatan prioritas nasional ini diarahkan agar perpustakaan menjadi pusat pengetahuan sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat masyarakat; perpustakaan sebagai pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berkomitmen terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, dan perpustakaan sebagai pusat pemajuan kebudayaan yang berorientasi pada pewarisan nilai dan pelestarian khazanah intelektual bangsa.

Baca juga: LKBN Antara-PFN-BP teken MoU integrasi klaster media BUMN


Basis inklusi

Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah jawaban atas salah satu dampak langsung dari pandemi COVID-19, yaitu menurunnya pendapatan yang dapat mengakibatkan kemiskinan. Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan.

Kemiskinan dalam konteks literasi dapat disebabkan oleh beberapa keadaan tidak ada konektifitas dan akses terhadap pengetahuan dan informasi penting yang dibutuhkan karena faktor geografis dan infrastruktur.

Kemungkinan dapat terjadi akibat tak tersedianya sumber dan bahan pengetahuan dan informasi berkualitas yang dibutuhkan dan dapat pula akibat ketidakmampuan seseorang dalam mendapatkan pengetahuan dan informasi yang berguna akibat hambatan fisiologis, psikologis dan kontekstual.

Melalui transformasi perpustakaan berbasis inkluasi sosial dapat tercipta penguatan infrastruktur akses pengetahuan. Di samping itu, juga penguatan ketersediaan sumber dan konten pengetahuan, pula penguatan konteks informasi dan pengetahuan bagi setiap individu.

Untuk itu, transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial berorientasi pada keadilan pengetahuan bagi setiap orang dan peningkatan literasi masyarakat. Strategi transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ialah merancang perpustakaan dan koleksinya agar dapat dimanfaatkan masyarakat seoptimal mungkin sebagai ruang berbagi pengalaman, ruang belajar yang kontekstual, serta ruang berlatih keterampilan dan kecakapan kerja.

Program ini didesain untuk terjadinya transformasi pengetahuan kepada masyarakat, sehingga masyarakat mendapat pengetahuan praktis, meningkat ketrampilannya, lebih produktif dan pada akhirnya meningkat kesejahteraannya.

Berbagai kegiatan yang dilakukan berupa literasi terapan di perpustakaan, misalnya pelatihan komputer, menjahit, membuat kue, bercocok tanam, beternak ayam dan ikan lele, mengolah limbah menjadi produk bernilai guna, mengemas produk rumahan bernilai tambah, pemasaran daring dan lain-lain sesuai dengan potensi dan kebutuhan di masing-masing daerah dengan berbasiskan pada pengetahuan praktis dan praktek langsung di perpustakaan umum.

Baca juga: 110 penulis berkolaborasi di buku "Kemanusiaan pada Masa Corona"


Gemar membaca

Bermula dari tahun 2018 hingga saat ini program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial telah dilaksanakan di 681 perpustakaan provinsi, kabupaten dan desa. Banyak testimoni dari masyarakat penerima manfaat program ini yang mengukuhkan bahwa melalui perpustakaan kualitas hidup mereka semakin meningkat.

Transformasi pengetahuan di masyarakat memiliki signifikansi dengan kegemaran membaca di masyarakat. Peningkatan budaya gemar membaca masyarakat mengalami peningkatan terus-menerus setiap tahun.

Hal itu terbukti dari hasil kajian Perpusnas tahun 2019 menunjukkan adanya peningkatan. Indeks kegemaran membaca tahun 2018 dengan nilai 52,92, meningkat pada tahun 2019 menjadi 53,84 (kategori sedang).

Indikator kegemaran membaca ini mengukur frekuensi membaca masyarakat per pekan, lama waktu membaca per hari dan jumlah buku dibaca per tiga bulan terakhir.

Meningkatnya indeks kegemaran membaca berkorelasi dengan ekstensifikasi layanan perpustakaan melalui layanan mobil perpustakaan keliling, bantuan bahan bacaan, safari budaya baca, pengangkatan duta baca daerah dan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga perpustakaan dan pegiat literasi di daerah.

Dalam upaya memperkecil kesenjangan bahan bacaan bagi masyarakat di daerah, sampai saat ini Perpusnas telah melakukan penyebaran bahan bacaan bagi masyarakat, melalui semua jenis perpustakaan di wilayah Indonesia yang dipadukan dengan berbagai jenis layanan.

Misalnya melalui ekstensifikasi layanan perpustakaan bergerak, yang terdiri dari Mobil Perpustakaan Keliling (MPK) sebanyak 768 unit, Motor Pustaka Keliling sebanyak 70 unit, Kapal Perpustakaan Terapung sebanyak 8 unit.

Baca juga: Moeldoko apresiasi Pustaka Bergerak bantu pemerintah lawan COVID-19


Bantuan bacaan

Di samping itu, Perpusnas juga memberikan bantuan bahan bacaan bagi masyarakat melalui perpustakaan di 1.034 pondok pesantren, 21.962 desa dan kelurahan, 337 Lapas, 300 daerah 3T, 720 komunitas, dan 476 perguruan tinggi negeri dan swasta.

Sebagai simbol peradaban yang merayakan pengetahuan, tidak hanya gedung Perpusnas 24 lantai yang mentereng di silang Monas. Perpusnas sejak tahun 2019 telah meningkatkan kualitas fasilitas layanan perpustakaan umum di provinsi dan kabupaten/kota.

Peningkatan kualitas fasilitas layanan perpustakaan dengan memanfaatkan dukungan Dana Alokasi Khsusu (DAK) Fisik Bidang Pendidikan Subbidang Perpustakaan. Modernisasi layanan ini sangat mendukung transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dengan kegiatan ini perpustakaan berhasil menjadi ruang publik untuk berbagi pengalaman, belajar secara kontekstual dan berlatih keterampilan dan kecakapan kerja bagi masyarakat setempat.

Implementasi modernisasi fasilitas layanan perpustakaan di daerah berupa pembangunan gedung fasilitas layanan perpustakaan di 12 provinsi, kabupaten dan kota, rehabilitasi gedung fasilitas layanan perpustakaan melalui revovasi dan perluasan ruang layanan di 67 perpustakaan umum, pengadaan perangkat TIK untuk menunjang layanan di 69 perpustakaan, pengadaan perabot layanan di 49 perpustakaan serta penambahan koleksi di 170 perpustakaan umum di daerah.

Dalam upaya peningkatan kualitas layanan perpustakaan, peningkatan kompetensi pustakawan mutlak diperlukan. Dalam satu tahun terakhir Perpusnas terus meningkatkan kapabilitas tenaga perpustakaan.

Mereka adalah tulang punggung utama layanan perpustakaan. Utamanya dalam memberikan layanan perpustakaan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang sangat beragam.

Peningkatan kompetensi melalui sejumlah kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis pada 16.000 tenaga perpustakaan di daerah. Fokus materi pelatihan dan bimbingan pada kemampuan literasi informasi, pembuatan kemasan pengetahuan dalam format digital dan strategi penyusunan kegiatan yang inklusif bagi masyarakat.

Baca juga: Pustaka Akademik awali kerja sama MPR-UM bidang perpustakaan


Layanan daring

Semenjak pandemi COVID-19 merebak, layanan Perpusnas sempat ditutup beberapa pekan dan dibuka kembali pada 22 Juni 2020, dengan pembatasan pemustaka maksimal sehari 1.000 orang dan mengindahkan protokol kesehatan.

Namun, sejatinya layanan Perpusnas secara daring tidak pernah tutup selama 24 jam setiap hari. Kebijakan penguatan layanan perpustakaan untuk masyarakat di masa pandemi Covid-19 dipastikan untuk menjamin kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan tetap terpenuhi dengan baik.

Langkah yang dilakukan Perpusnas dengan mengintensifkan layanan perpustakaan melalui i-Pusnas. Aplikasi i-Pusnas (www.ipusnas.id) dengan koleksi sejumlah 50.438 judul buku digital dalam 591.739 salinan. Semua koleksi buku yang ada di i-Pusnas dapat dipinjam dan dibaca oleh masyarakat layaknya di perpustakaan konvensional.

i-Pusnas merupakan aplikasi perpustakaan digital berbasis media sosial dan dapat diakses melalui beragam jenis gawai. Selama masa pandemi, jumlah pengguna yang melakukan registrasi untuk menggunakan layanan i-Pusnas meningkat sangat tajam.

Untuk meningkatkan literasi informasi tentang pandemi COVID-19, Perpusnas melalui i-Pusnas menambah satu fitur khusus ePustaka CoronaPedia. ePustaka CoronaPedia menghadirkan berbagai buku dan artikel yang mengupas tentang virus Corona, penyakit dan Langkah-langkah pencegahannya. Koleksi Coronoapedia dihimpun dari sumber-sumber yang terpercaya. CoronaPedia.

Di CoronaPedia terdapat 45 judul buku seperti "Buku Pencegahan dan Penatalaksanaan COVID-19", "Berhenti Menyentuh Wajah", "Pentingnya Social Distancing“. Selain itu, ada juga Komik Kita si Binsa: Tetap Tenang Hadapi COVID-19. dan lain-lain.

Penyediaan fitur livechat Tanya Pustakawan adalah inovasi baru Perpusnas yang diluncurkan pada masa pandemic Covid-19, untuk merespon kebutuhan masyarakat dalam mencari pengetahuan dan referensi.

Fitur ini pertama kali diluncurkan pada tanggal 17 Maret 2020, saat layanan Perpusnas ditutup. Pemustaka umumnya menanyakan berbagai hal untuk menyelesaikan tugas sekolah, kuliah, bahan presentasi, atau penelitian di masa pandemi COVID-19.

Baca juga: Pojok Baca Antara resmi digunakan di SDS Pantai Indah


ISBN

Bagi para penulis dan penerbit dapat mendapatkan layanan International Standard Book Number (ISBN) secara daring, ISBN diberikan oleh Badan Internasional ISBN yang berkedudukan di London.

Perpusnas merupakan Badan Nasional ISBN yang berhak memberikan ISBN dan KDT (Katalog Dalam Terbitan) kepada penerbit yang berada di wilayah Indonesia. Dengan upaya demikian, Perpusnas mendorong peningkatan penerbitan berbagai karya intelektual di Indonesia dapat terus meningkat. Hingga saat ini telah terdaftar dalam ISBN sejumlah 375.082 judul.

Sejak 2016 telah tersedia bagi masyarakat satu portal web penjelajahan pengetahuan Indonesia yang bernama Indonesia OneSearch (IOS) (www.onesearch.id) dengan koleksi jejaring sebanyak 12.831.793 entri. IOS menjadi satu pintu pencarian untuk semua koleksi publik dari seluruh perpustakaan, museum, arsip dan sumber elektronik di Indonesia.

Perpusnas sebagai pusat jejaring serta pusat referensi dan penelitian telah mengintegrasikan pangkalan data bibliografis dan konten digital pengetahuan seluruh Indonesia dalam satu portal web. Kerjasama berbagi akses pengetahuan ini dapat berkontribusi bagi peningkatan kualitas hasil riset Indonesia.

Telah tergabung dalam jejaring IOS saat ini 4.140 mitra, yang terdiri dari perpustakaan sebanyak 2.346 dan institusi sebanyak 1.794.

Perpusnas juga menyedian sumberdaya elektronik dalam bentuk buku elektronik dan jurnal elektronik (http://e-resources.perpusnas.go.id/) dengan koleksi lebih dari 13 miliar artikel. Sumber pengetahuan dalam format elektronik ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan peneliti dalam menyusun berbagai kajian strategis untuk pembangunan.

Pandemi Covid-19 membatasi gerak masyarakat, namun perpustakaan terbukti dapat membantu memperluas ruang gerak tersebut secara virtual. Transformasi pengetahuan dalam masa pandemi dan dalam situasi normal terus dihidupkan oleh perpustakaan. Hal ini sesuai dengan pendapat filsuf Francis Bacon yang mengatakan bahwa tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.

Baca juga: Situasi lalu lintas di depan HKBP Rawamangun ramai lancar


Transformasi ilmu

Perpustakaan memiliki peran yang kuat terhadap transformasi ilmu pengetahuan. Peran perpustakaan tidak hanya berhenti pada menggulirkan berbagai narasi pengetahuan yang tersimpan dalam berbagai literatur. Peran perpustakaan sangat kompleks, karena memberikan dukungan terhadap konektifitas teks dengan konteksnya secara logis dan nyata.

Kenyataan tersebut berangkat dari kehadiran pemustaka baik secara fisik maupun virtual ke perpustakaan dengan berbagai ragam persoalan yang tengah dihadapi. Dengan demikian, tanpa dukungan bahan bacaan sebagai sumber pengetahuan dan pelayanan pustakawan yang penuh empati, mustahil tranformasi ilmu pengetahuan dapat terjadi di masyarakat.

Pandangan di atas didukung dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Perpusnas dan seluruh perpustakaan di Indonesia. Hal ini mampu memberikan gambaran semangat untuk mewujudkan pengetahuan untuk semua orang.

Melalui peningkatan infrastruktur akses pengetahuan, penguatan ketersediaan sumber pengetahuan serta penguatan konteks pengetahuan bagi setiap individu, maka akan tercipta keadilan pengetahuan bagi setiap orang dan penguatan literasi bagi setiap orang. Sehingga, pada gilirannya nanti akan mewujud peningkatan kapabilitas individu dan kesejahteraan masyarakat. Merdeka….!!!

*) Dr. Joko Santoso, M.Hum adalah Kepala Biro Hukum dan Perencanaan, Perpustakaan Nasional

Copyright © ANTARA 2020