Kendari (ANTARA) - Gempa bumi bermagnitudo 6,9 yang terjadi di Laut Banda pada Jumat (21/8) pukul 11.09.50 WIB dirasakan di Kabupaten Wakatobi dan Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Berdasarkan siaran pers BMKG yang diterima ANTARA di Kendari, Jumat, menyebutkan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter dengan magnitudo 6,9. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 6,84 LS dan 123,48 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 165 km Tenggara Buton Selatan-Sulawesi Tenggara pada kedalaman 586 km.

Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dalam akibat adanya deformasi atau penyesaran pada lempeng yang tersubduksi di bawah Laut Banda.

Baca juga: Gempa magnitudo 6,9 di Laut Banda tidak berpotensi tsunami

Dia mengatakan,  hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan turun (Normal Fault).

"Guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Waingapu dan Wakatobi III-IV MMI dan Kendari. Getaran dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi," kata Rahmat.

Selain itu, gempa dirasakan di Mataram, Sumbawa Besar III MMI, Kota Bima, Ende, Ruteng, Kairatu, Banda II-III MMI, Tambolaka, Kendari, Kupang, Ternate dan Alor II MMI. Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu.

Baca juga: BMKG: Gempa Laut Banda akibat deformasi

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," ungkapnya.

Hingga pukul 11.50 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya satu aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo 5,0.

"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa," katanya.

"Kemudian, periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," tambahnya.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020