Baringo (ANTARA) - Kenya kemungkinan akan menghadapi bencana lingkungan apabila air dari Danau Bogoria yang asam karena kandungan logam alkali bercampur dengan sumber air tawar, Danau Baringo.

Danau Baringo tidak hanya jadi sumber air bersih bagi warga Kenya, tetapi ekosistem itu juga merupakan habitat sejumlah spesies burung, ikan, kudanil, dan buaya.

Bencana lingkungan itu kemungkinan terjadi saat air dari dua danau yang berdekatan itu meluap san bercampur jadi satu. Luapan air terjadi akibat hujan deras, kata pengawas senior Badan Satwa Liar Kenya (KWS), Jackson Komen, sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat.

KWS merupakan lembaga konservasi Danau Baringo yang didanai oleh Pemerintah Kenya.

“Bencana lingkungan akan terjadi jika dua danau itu bersatu ... hanya akan ada sedikit ruang yang tersisa,” kata Komen.

Baringo merupakan sumber air untuk mengairi lahan pertanian serta kebutuhan air minum penduduk. Luas danau bertambah 60 persen sampai mencapai 270 kilometer persegi, tambah dia.

Danau Bogoria juga bertambah luas seperempat dari besaran awal sehingga saat ini besaran wilayahnya mencapai 43 kilometer persegi.

Pegiat konservasi mengatakan tingginya permukaan air laut disebabkan oleh hujan deras yang tidak biasa dan pendangkalan dua danau tersebut.

Seorang ilmuwan dari World Agroforestry, Tor-Gunnar Vanegen, mengatakan penggundulan hutan di sekitar bukit Tugen menyebabkan erosi dan tanah pun turun ke area danau.

World Agroforestry merupakan lembaga pemerhati lingkungan dan kehutanan yang berpusat di Nairobi.

“Pendangkalan itu menyebabkan permukaan air danau meluap,” terang dia.

Banjir pun merendam sawah dan pemukiman.

Luapan air menyebabkan rumah keluarga Robert, yang telah tinggal di tepi danau Baringo selama tiga generasi, terkepung air.

Jarak antara dua danau itu saat ini tersisa setengahnya.

“Sedih rasanya melihat hasil jerih payah ayah dan ibu, dan hasil yang kita kerjakan dirusak oleh luapan air,” kata Murray Roberts, penduduk setempat.

Sejumlah petani mengatakan lahan hasil garapan mereka pun russk.

“Saya harus memulai lagi dari awal. Saya tinggal bersama putra saya sekarang,” kata Lechaki Parsaalach. Ia kehilangan lahan seluas sembilan acre dan rumahnya karena banjir.

Sumber: Reuters

​​​​​​​Baca juga: Kenya: Jenis virus corona baru sebabkan ratusan unta mati
Baca juga: IMF setujui dana Rp11,1 triliun untuk Kenya tangani COVID-19
Baca juga: Gubernur Nairobi dikecam karena bagikan konyak untuk "bunuh" corona


Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020