Jakarta (ANTARA) - Masuknya investasi ke berbagai daerah di tanah air merupakan salah satu faktor yang penting dalam langkah menerapkan transformasi atau perubahan ekonomi guna menyelaraskan diri dengan konsep pemerintah untuk meraih Indonesia Maju 2045.

"Meletakkan Indonesia sebagai negara maju 2045 harus ada transformasi ekonomi sebagai landasan bagi negara maju," kata Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot dalam Webinar LIPI tentang Perdagangan dan Investasi Indonesia di Masa Pandemi, Selasa.

Menurut dia, investasi menjadi suatu dinamika dan tantangan tersendiri karena pada masa pandemi COVID-19, hampir seluruh ekonomi negara mengalami resesi tidak terkecuali dengan kondisi yang dihadapi sejumlah negara sumber investasi seperti Amerika Serikat.

Apalagi, ia mengingatkan bahwa aliran investasi asing atau global (FDI) mengalami penurunan 49 persen sepanjang semester I-2020, serta realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia pada periode Januari-September ternyata mengalami minus 5,1 persen yoy.

Yuliot berpendapat bahwa untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi, dana pemerintah dan BUMN terbatas, sehingga pihak swasta juga memiliki peran penting dalam mendukung tercapainya target perekonomian.

"Namun demikian, ketersediaan investasi masih terbatas. Dengan adanya COVID-19, terdapat penurunan FDI global 30-40 persen sehingga seluruh negara berebut aliran FDI," ucapnya.

Padahal, lanjutnya, investasi adaah hal yang sangat besar dan penting untuk mencapai visi Indonesia Maju 2045.

Yuliot mengungkapkan, sejumlah penyebab mahalnya biaya investasi antara lain adalah birokrasi yang tidak efisien, banyaknya jenis perizinan, biaya pengadaan lahan tinggi, korupsi, serta biaya logistik yang tinggi.

Sementara itu, peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zamroni Salim menyatakan, sejumlah indikator dalam permasalahan kemudahan melakukan bisnis di Indonesia biasanya selalu terletak ke dalam tiga hal utama, yaitu investasi, infrastruktur, dan sumber daya manusia.

Hal tersebut, ujar Zamroni Salim, akan mempengaruhi seberapa besar minat investor sehingga penting untuk dilakuan sejumlah langkah seperti melaksanakan pemetaan potensi pengemabngan investasi di daerah yang dapat menarik investor.

Sebagaimana diwartakan, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystalin menyampaikan Indonesia sedang dalam usaha untuk menjadi negara maju pada 2045.

"Untuk menjadi negara maju tentu pertumbuhan ekonomi harus tumbuh lebih tinggi. Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum pandemi itu sekitar 5 persen, bahkan lebih tinggi lagi," ujar Masyita Crystalin dalam diskusi daring bertema Digital Transformation to Accelerate Indonesia's Economic Growth, Senin (23/11).

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, lanjut dia, Indonesia harus meningkatkan produktivitas, nilai tambah di berbagai sektor, dan harus mencari sektor baru yang memiliki nilai tambah tinggi. Dengan begitu ekonomi Indonesia bakal terdongkrak.

Dalam jangka panjang, ia mengatakan pemerintah berusaha untuk meningkatkan daya saing melalui infrastruktur, termasuk infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (ICT). "ICT akan menjadi sektor masa depan, sebenarnya sebelum pandemi ini perkembangan di Indonesia sudah cukup baik, selalu meningkat setiap tahunnya dan memang ini adalah salah satu megatren yang akan terjadi di dunia," ujarnya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020