Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara (Jubir) Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan secara nasional rasio keterisian tempat tidur terpakai di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) terus membaik, namun masyarakat diminta jangan lalai.

"Kondisi ini tentu menggembirakan, tapi masyarakat jangan sampai lalai karena potensi kasus COVID-19 kembali naik selalu ada," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Isolasi terpusat diyakini cara efektif tekan kematian COVID-19

Saat ini, sambung dia, kondisi BOR memang terus membaik. Bahkan, banyak rumah sakit lebih sepi dari sebelumnya. Pemerintah terus berharap agar BOR turun yang mengindikasikan perbaikan kondisi COVID-19 di Indonesia.

Jodi mengatakan bisa dikatakan Indonesia saat ini sudah melewati masa kritis. Kendati demikian, perlu ditekankan hal tersebut tidak boleh memuat masyarakat jemawa yang akhirnya menyebabkan kelengahan sehingga kasus COVID-19 kembali naik.

"Kalau kita lengah berpotensi menimbulkan kenaikan kasus lagi," kata Jodi.

Oleh sebab itu, ia mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah agar selalu waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan secara berkelanjutan. Mulai dari memakai masker, menjaga jarak fisik, menghindari kerumunan, hingga mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir.

"Kita jaga sama-sama agar tidak terjadi kenaikan kembali," ujarnya.

Di sisi lain, ia mengakui memang ada beberapa daerah tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit masih tergolong tinggi. Pemerintah juga sedang fokus menangani daerah-daerah tersebut dengan terus menambah kapasitas tempat tidur serta mengevakuasi pasien positif ke isolasi terpadu dengan tujuan mengurangi potensi penularan.

Baca juga: Jubir Menko Marves jelaskan data kematian digunakan setelah perbaikan

Sementara itu, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengatakan saat ini tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit sudah membaik.

"Kurang dari 60 persen sudah memadai menurut indikator PPKM dan public health social measure (PHSM) WHO. Tapi itu baru satu dari enam indikator," kata Iwan Ariawan.

Menurut Iwan, kapasitas respons kabupaten dan kota terkait testing dan tracing masih dalam kategori sedang atau belum memadai seperti BOR. Sedangkan transmisi komunitas, rawat inap di rumah sakit dan kematian masih di tingkat tiga sehingga harus diusahakan turun ke tingkat dua.

"Masyarakat tidak boleh euforia tetap hati-hati, protokol kesehatan harus disiplin dan vaksinasi secepatnya dilakukan saat ada kesempatan," kata Iwan.

Pemerintah berusaha mencegah penyebaran COVID-19 melalui program vaksinasi nasional dan meningkatkan testing, tracing, dan treatment. Secara nasional hingga (28/8) vaksin dosis pertama telah disuntikkan kepada 61.465.338 orang. Sedangkan vaksin dosis kedua telah disuntikkan bagi 34.803.788 orang.

Baca juga: Jubir Menko jelaskan dikeluarkannya angka kematian dalam asesmen PPKM

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021