Batam (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kepulauan Riau (BKKBN Kepri) memaparkan hasil penurunan sekaligus langkah-langkah penanganan stunting yang dilakukan di daerah itu kepada Komisi IX DPR RI di Kota Batam.

Kepala Perwakilan BKKBN Kepri Rohina menjelaskan hasil evaluasi penanganan stunting di Kepri, khususnya Kota Batam dalam dua tahun ini termasuk selama masa pandemi COVID-19 telah berjalan dengan baik yang dapat dilihat dari penurunan prevalensi angka stunting dari tahun 2021 ke tahun 2022 sebesar 2,3 persen dari 17,5 persen turun menjadi 15,2 persen.

“Penurunan stunting di Batam sebesar 2,3 persen tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan stunting Kepri sebesar 2,2 persen,” Kata Rohina dalam siaran pers tertulis yang diterima di Batam, Jumat.

Rohina memaparkan beberapa hal yang dilakukan oleh BKKBN untuk mendorong dan mempercepat penurunan stunting di Batam, sehingga sesuai target nasional yaitu melalui pembentukan tim pendamping keluarga (TPK) di setiap kelurahan yang di dalamnya terdapat bidan, tim penggerak PKK dan kader KB.

Baca juga: Pemkot Batam terima kunjungan kerja DPR RI terkait penanganan stunting

Baca juga: Deputi BKKBN: Kepri miliki bapak asuh stunting terbanyak di Indonesia


“Jumlah TPK seluruh Kepri sebanyak 1.116 tim atau 3.348 orang dan 544 tim atau 1.632 orang diantaranya berada di Batam,” papar Rohina.

Kemudian, pembentukan tim percepatan penurunan stunting (TPPS) tingkat provinsi sampai tingkat kelurahan atau desa, yang sudah dimulai sejak 2021 sampai 2022. Saat ini jumlahnya di Kepri sebanyak 501 TPPS dan 77 di antaranya di Batam.

Peningkatan peran serta remaja dalam kampanye pencegahan stunting melalui pengukuhan duta genre hingga ke tingkat desa atau kelurahan serta pembentukan pusat informasi dan konseling remaja (PIK R) di sekolah, universitas dan jalur masyarakat.

“Terdapat 124 pasang yang sudah dikukuhkan sebagai duta genre kelurahan seluruh Kepri. Batam sudah memiliki 64 duta genre kelurahan. Jumlah PIK Remaja se-Kepri sebanyak 263 Kelompok dan 118 di antaranya ada di Batam,” katanya.

Upaya lain yang dilakukan adalah pembentukan dapur sehat atasi stunting (Dashat). Pelibatan perusahaan dan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat serta TNI sebagai bapak asuh anak stunting.

Pemberian konsultasi pada calon pengantin tiga bulan sebelum menikah yang dilakukan oleh KUA. Sosialisasi pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan yang dilakukan secara masif.

Selanjutnya pembentukan tim pakar setiap kabupaten kota yang terdiri dari beberapa unsur yaitu dokter ginekology, dokter spesialis anak, obstetri, ahli gizi dan psikolog.

Posyandu dilibatkan dalam pengelolaan dan kepengurusan kampung keluarga berkualitas (KB) serta pengelola Dashat. Batam memiliki 23 Kampung KB yang sudah memiliki Dashat.

“Kampung KB memiliki peran penting pada upaya peningkatan sumber daya manusia dan upaya percepatan penurunan stunting,” ujar Rohina.*

Baca juga: Deputi BKKBN apresiasi penanganan stunting di Kepri

Baca juga: Cegah stunting di Batam, BKKBN kukuhkan duta genre

Pewarta: Ogen
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023