Jakarta (ANTARA News) - Keduataan Besar Australia memamerkan karya-karya seni lukis kontemporer Aborigin yang berjudul "Message Stick: Indigenous Identity in Urban Australia" di Jakarta, Kamis malam.

Sebanyak 21 lukisan kontemporer dari 11 pelukis berdarah Aborigin tergantung di sudut-sudut tembok ruang pamer DGallerie dalam pameran yang akan berlangsung hingga 9 Juli mendatang itu.

Lukisan karya Julie Dowling, misalnya, menampilkan seorang ibu berkulit putih, bertopi putih, dan berbaju polkadot duduk dikelilingi anak-anak Aborigin yang berbaju putih lengkap dengan latar belakang bercorak polkadot kecil.

Sementara, lukisan karya Robert Compbell Jnr seakan menceritakan tiga anak dan seorang perempuan kulit hitam dibawa oleh tiga orang kulit putih dan terpisah dari keluarga mereka yang hidup di perkampungan desa di Australia.

Bukan hanya motif-motif polkadot atau titik-titik yang mendominasi karya-karya lukis itu, para seniman yang merupakan keturunan asli negeri kangguru itu juga menampilkan motif geometris selain unsur-unsur "pop-art" dan beberapa kombinasi fotografi.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, mengatakan pameran seni lukis kontemporer penduduk asli Australia itu juga menandai hubungan Australia dengan ASEAN tahun ke-40.

"Pekan depan di Australia akan ada Pekan NAIDOC di mana kami akan merayakan kebudayaan Aborigin dan Selat Torres. Kami sangat senang dapat menghadirkan pameran di sini beserta musik asli Aborigin," kata Greg.

Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Vicki Miller, mengatakan salah satu lukisan yang dipamerkan itu menceritakan satu waktu di mana Pemerintah Australia mengambil anak-anak dari masyarakat asli karena pemerintah percaya anak-anak itu akan mendapat pendidikan yang lebih baik.

"Tapi, pada Pemerintahan Perdana Menteri Kevin Rudd, pemerintah telah meminta maaf kepada generasi yang telah tercuri, kepada mereka yang telah menderita karena ketika itu adalah kebijakan pemerintah," kata Vicki.

Disamping seni lukis, pameran yang telah diselenggarakan di Turki, Afrika Selatan, India, Thailand, dan Filipina itu juga memamerkan musik asli Aborigin oleh Phil Walley-Stack.

Phil memainkan alat musik khas Aborigin, Didgeridoo, yang dipadu dengan gitar akustik dalam alunan lirik berbahasa Aborigin. (I026)

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014