Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Indicator (I2), perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence) mencatat, figur Ahok masih unggul dibandingkan dengan calon kandidat lain, dimana terpotret baik di media online maupun di media sosial.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, di Jakarta, Rabu, mengungkapkan, Ahok masih menjadi magnet terbesar di media online, baik yang pro maupun yang kontra, dimuat di media hingga rata-rata 8.000 pemberitaan setiap bulannya.

"Sentimen negatif yang dimunculkan sepanjang sebulan terakhir mencapai 21 persen. Situasi sentimen negatif itu, sudah menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 26 persen," ujar Rustika.

Meskipun dari sisi tren popularitas dalam pantauan intelijen media, Ahok terlihat menurun, lanjut Rustika, namun posisinya sebagai calon gubernur masih kuat, yakni 52 persen dalam sebulan.

Sejauh ini, kata dia, belum terlihat penantang yang cukup kuat. Sandiaga Uno, yang digadang-gadang Partai Gerindra, hingga saat ini mencapai 21 persen. Posisi Sandiaga terus merangkak naik, meski belum menyamai Ahok. Sementara itu, nama yang lain seperti Yusril Ihza Mahendra 10 persen, Tri Rismaharini 13,72 persen.

Popularitas Ahok juga terlihat di media sosial. Rustika mengungkapkan, pada 1 hingga 20 September 2016, ada sebanyak 371.674 tweet dari 120 ribu akun tentang sosok Ahok di media sosial.

"Sebanyak 24.338 tweet menunjukan emosi Trust terhadap sosok Ahok. Makna dari emosi ini adalah kepercayaan netizen terhadap kemampuan Ahok, diiringi harapan, serta kegembiraan netizen agar Ahok kembali maju di Pilkada 2017," ujar Rustika.

Menurut Rustika, di media sosial Twitter sosok Ahok direspons positif, dibuktikan dengan dominasi emosi Trust, Anticipation, Disgust, Joy dan Surprise.

"Anticipation di sini diartikan bahwa netizen tengah memantau perkembangan terhadap pencalonan Ahok. Netizen terlihat lebih hati-hati dalam menanggapi. Mereka mendukung Ahok, sekaligus ekspresi kegembiraan juga muncul," tuturnya.

Sedangkan, tambah dia, emosi amarah terhadap sosok Ahok mencapai 6.154 tweet, sementara emosi sedih dan takut ditemukan kecil. Dari sisi demografi, Ahok direspons oleh masyarakat muda di bawah 35 tahun sebanyak 44 persen, yang 67 persennya pria.

Sementara itu, media sosial pada Sandiaga Uno relatif kecil pada emosi amarah. Sebanyak 22.500 ribu tweet dari 14.026 akun yang ditujukan pada Sandiaga Uno didominasi oleh emosi trust dukungan untuk maju sebagai cagub, dan anticipation (kehati-hatian). Hashtag terbesarnya #CagubAndalanGue.

Masuknya nama Anies Baswedan dalam kancah pilkada DKI yang baru saja dimunculkan menjelang pengumuman cagub dari PDI Perjuangan mendapatkan respons positif di publik. Apabila Sandiaga dan Anies Baswedan muncul maka publik akan kembali menemukan penantang kuat bagi Ahok.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Selasa malam (20/9) telah resmi mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2017.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016