London (ANTARA News) - Belanda sebagai mitra strategis di Eropa diharapkan dapat mendukung visi Indonesia sebagai poros maritim dunia, yang merupakan fokus kebijakan pemerintah Presiden Joko Widodo saat ini yang semakin diperkuat dengan adanya kesepakatan kerja sama maritim antara kedua negara.

Hal itu disampaikan Dr. Rizal Ramli dalam Indonesia Nederland Society (INS) Round Table bertajuk "The Future of Indonesia: Maritime and Economic Perspectives" di Plenary Hall Senat Belanda, Den Haag, demikian Minister Counsellor Fungsi Politik KBRI Denhaag, Ourina Ritonga kepada Antara London, Jumat.

Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman, Dr. Rizal Ramli, menjadi keynote speaker pada Round Table Indonesia Nederland Society dengan panel penanggap Prof.dr. David Henley (Professor of Indonesian Studies, School of Asian Studies/Leiden University), Mr. J.S. Ort (Member of the Board of the Nederland/Chairman of the Technology Section), Mr. Frits Blessing (MBA/Former Professor of Rotterdam University, and owner of Blessing Holding) dan Drs. Michiel van der Mey, penulis buku "Dornier Flying Boats".

Pertemuan dibuka Ketua Senat Belanda Mrs. Ankie Broekers-Knol dan dipandu Mr. W.F. van Eekelen (mantan Menhan Belanda) dihadiri sekitar 100 peserta, terdiri dari Consultant Migratie en Internationale Samenwerking, TYK research & action consulting, Feeling Europe Foundation, Nederland Water Partnership, Dornier Wal Documentation Centre,Damen Schelde Naval Shipbuilding, mantan angkatan laut Belanda, Indisch Herinneringscentrum, Perusahaan FrieslandCampina, Indonesia Nederland Youth Society (INYS), para Dubes negara-negara ASEAN di Belanda, para akademisi, media, PPI Belanda, friends of Indonesia, Diaspora Indonesia, serta perwakilan KBRI Den Haag.

Sementara itu Mrs. Ankie Broekers-Knol dalam sambutannya menyampaikan Round Table ini diharapkan dapat memberikan masukan konstruktif bagi penguatan kerja sama di bidang kemaritiman dan hubungan bilateral kedua negara.

Dubes RI Den Haag, I Gusti Agung Wesaka Puja, menyampaikan tema yang diangkat dalam diskusi kali ini tepat mengingat kerja sama kemaritiman Indonesia dan Belanda saat ini semakin penting dan memiliki nilai strategis bagi kedua negara. Ditopang dengan MOU Kerja Sama Kemaritiman sebagai salah satu hasil kunjungan Presiden Jokowi ke Belanda pada tahun 2016, semakin terbuka sektor yang dapat menjadi peluang kerja sama, antara lain infrastruktur, pembangunan pelabuhan, logistik dan pendidikan kemaritiman.

Dubes Pudja menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada INS atas kerja samanya dengan KBRI Den Haag dalam penyelenggaraan round table dimaksud. "Diskusi ini diharapkan dapat memunculkan gagasan baru guna semakin memperkuat kerja sama bidang kemaritiman yang dapat membawa keuntungan bagi pembangunan kedua negara," ujarnya.

Dr. Rizal Ramli mengawali pemaparan dengan menegaskan bahwa pemerintah Indonesia saat ini serius dalam membangkitkan kejayaan maritim Indonesia. "Agar bangsa Indonesia lebih disegani oleh bangsa-bangsa lain, maka Indonesia harus memanfaatkan segala potensi kemaritimannya," ujar Rizal Ramli.

Dikatakan Indonesia memiliki banyak potensi di bidang kelautan, seperti kekayaan sumber daya alam, perikanan, investasi, perdagangan, dan pariwisata. Semuanya bermuara pada potensi perekonomian. Potensi perekonomian dari kelautan Indonesia diperkirakan bisa mencapai sekitar 1,2 triliun dolar AS. "Kepentingan pemanfaatan potensi laut Indonesia adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia," ujarnya.

Diyakininya siapa pun yang menguasai laut, maka bangsa itu akan menguasai dunia. Spanyol, Portugal, Inggris dan Amerika Serikat merupakan beberapa contoh negara mencapai kejayaannya karena menguasai laut dengan kekuatan maritim yang kuat, yang ditopang dengan kapal perang, kapal dagang dan perikanan.

Saat menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli mengambil kebijakan guna mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang disegani negara lain. Kebijakan tersebut, antara lain pengembangan konektivitas (tol) laut dengan membangun banyak pelabuhan baru di luar pula Jawa, pemberantasan illegal fishing, mempromosikan budaya maritim kepada generasi muda, dan diplomasi kemaritiman dengan mendorong pelatihan bersama TNI dengan angkatan perang asing guna mencegah potensi konflik yang dapat merugikan Indonesia.

Pemerintah Indonesia juga saat ini terus meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelabuhan-pelabuhan yang ada untuk mendukung sepenuhnya perdagangan. "Koordinasi di antara seluruh kementerian yang terkait terus diperkuat guna membenahi lokasi-lokasi tujuan wisata agar mendatangkan nilai kemanfaatan, tidak saja untuk pertumbuhan ekonomi tapi juga untuk penciptaan lapangan pekerjaan di sektor pariwisata," tambahnya.

Menjawab pertanyaan dari peserta diskusi terkait kerja sama kemaritiman yang saat ini dilakukan Indonesia, Rizal menekankan sejak pemerintah Indonesia mengumumkan visi tentang poros maritim dunia, banyak negara yang mendekati Indonesia dan berupaya untuk menjajaki kerja sama lebih lanjut, termasuk Belanda. Terkait itu, Indonesia memiliki banyak peluang kerja sama kemaritiman dengan Belanda.

"Belanda merupakan salah satu kekuatan maritim besar di Eropa," kata Rizal. Di samping memiliki sejarah yang panjang dengan Indonesia, Belanda dipandang memiliki keunggulan yang dapat diandalkan untuk kerja sama, yaitu keahlian, pendidikan, teknologi dan inovasi.

INS pertama kali diluncurkan tahun 2012 guna mendukung dan meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Belanda. KBRI Den Haag bersama INS telah menyelenggarakan berbagai program kerja sama, termasuk diskusi yang membahas isu publik, pembentukan opini publik, kerja sama dengan swasta dan pusat-pusat pendidikan dan kajian di Belanda maupun di Indonesia, di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017