London (ANTARA News) - Masyarakat dan diaspora Indonesia di Kopenhagen mengikuti dialog kebangsaan dengan pejuang hak perempuan, Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Istri Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid, dan Dr Nurmala Kartini Panjaitan Sjahrir, ahli antropologi Indonesia, yang menjabat staf khusus perubahan iklim Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya.

Dialog kebinekaan diadakan di Wisma Duta RI di Kopenhagen, dihadiri sekitar 80 warga dan diaspora Indonesia berlangsung hangat membahas berbagai hal terkait perkembangan situasi dan kondisi di Indonesia , demikian Pensosbud KBRI Kopenhagen, Ismail N. Pulungan kepada Antara London, Sabtu.

Selain itu juga mendiskusikan posisi Indonesia sebagai negara majemuk dengan beraneka ragam suku ras budaya dan agama.

Pada kesempatan itu Ibu Shinta menyampaikan salah satu langkah untuk menumbuhkembangkan rasa persaudaran dan saling menghargai dan menghormati antar sesama dapat dilakukan dengan dialog atau tatap muka dengan seluruh komponen bangsa tanpa melihat latar belakang suku agama ras dan antarbudaya.

Bangsa Indonesia juga harus bersikap terbuka sebagai negara yang pluralis dan majemuk dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang perbedaan sebagai suatu rahmat dan perbedaan tidak boleh menghambat tegaknya persatuan dan kesatuan. Masyarakat Indonesia yang bermukim di luar negeri harus menimba pengalaman dan memberikan sumbangsih yang dapat dipergunakan untuk menjaga kemajemukan Indonesia.

Sementara itu Kartini Sjahrir menyampaikan tentang pentingnya inklusivitas dan keterbukaan dan bangsa Indonesia harus bangga dengan perbedaan dan kemajemukan yang ada dan harus dikelola dengan baik.

Toleransi sebagai syarat utama menjaga kemajemukan dan kebhinnekaan sehingga setiap komponen bangsa harus menumbuhkembangkan sikap tolerasi terhadap sesamanya.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017