Jakarta (ANTARA News) - Museum Bank Indonesia di kawasan Kota Tua Jakarta mengenalkan sejarah uang kepada masyarakat dengan menampilkan jenis maupun bentuk uang dari masa lalu hingga saat ini.

"Saya suka dengan museum ini, bisa mengenal sejarah uang dan Bank Indonesia," kata salah satu pengunjung, Eka Fitriani, di Jakarta, Selasa.

Pantauan di lapangan, untuk berkeliling ke Museum Bank Indonesia membutuhkan waktu tidak lebih dari satu jam. Meski demikian, saat ini pengunjung belum bisa puas mengunjunginya karena ada beberapa ruangan dalam tahap renovasi.

Sebagai langkah awal memasuki museum tersebut, pengunjung diajak untuk masuk ke ruangan yang pertama, yaitu ruangan pelayanan kasir kepada nasabah. Ruangan selanjutnya di gedung peninggalan Belanda itu adalah ruang tiga dimensi.

Pada ruangan tersebut pengunjung diajak menikmati bayangan tiga dimensi uang koin. Jika bayangan tiga dimensi yang ada di dinding tersebut disentuh maka akan keluar identitas koin tersebut, mulai dari bahan yang digunakan hingga berat dari koin itu.

Selanjutnya, pengunjung masuk ke ruangan penyimpanan rempah di mana pada zaman pemerintah Hindia Belanda, komoditas rempah di antaranya cengkih, pala, lada, dan kayu manis merupakan komoditas utama di dalam perdagangan.

Ruangan selanjutnya yang dapat dikunjungi oleh pengunjung adalah ruangan yang berisi foto uang pada 1946 di mana di setiap daerah memiliki jenis uang masing-masing atau disebut juga dengan uang ORI.

Setelah itu, ruangan yang dapat dimasuki adalah ruang hijau atau ruang rapat di mana terdapat replika sejumlah pegawai BI yang sedang melakukan rapat. Selain itu, di ruang tersebut juga terdapat foto-foto Gubernur BI dari masa ke masa.

Sebagaimana diketahui, BI yang sebelumnya oleh pemerintah Hindia Belanda dinamai De Javasche Bank, berdiri sejak 1953. Sejak itu, Bank Indonesia dipimpin orang Indonesia, yaitu Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat sebagai gubernur hingga 1958.

Selanjutnya, ruangan yang tidak kalah menarik adalah ruangan yang memamerkan uang asli dari masa ke masa serta sejarahnya.

"Saya paling suka ruangan ini karena benar-benar bisa mempelajari sejarah uang sejak dulu. Ternyata pada zaman kerajaan ada uang yang terbuat dari emas, bentuknya sangat kecil tetapi nilainya sama dengan satu ekor sapi," katanya.

Dengan kekayaan sejarah yang diceritakan oleh Museum BI, Eka berharap akan makin banyak masyarakat yang berkunjung ke salah satu destinasi wisata tersebut.

"Sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan dengan baik, tempatnya juga enak buat foto-foto," katanya. 

Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017