Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Jumat, meminta jajaran Kepolisian RI untuk membina dan memperat hubungan dengan para pemuka agama, khususnya di daerah, untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme.

"Kita (Pemerintah) dan juga Kepolisian harus juga memahami prinsip-prinsip agama yang baik dan juga berhubungan dengan pimpinan-pimpinan keagamaan, supaya jangan pimpinan-pimpinan keagamaan itu justru membuat masyarakatnya menjadi radikal," kata Wapres saat memberikan pengarahan Apel Kasatwil 2018 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Jakarta, Jumat.

Wapres mengatakan konflik sosial berdasarkan perbedaan agama mudah terjadi karena konflik tersebut bisa dengan mudah mendapatkan massa dan hampir tidak ada yang bersikap netral. Konflik semacam itu pernah terjadi di Ambon pada 1999 dan di Poso pada 1998 hingga 2001.

"Semua orang, apabila masuk ke ranah agama, itu tidak ada yang netral. Semua pasti berpihak ke salah satu, maka terjadilah konflik seperti itu di dua daerah itu (Ambon dan Poso), yang kemudian menimbulkan korban," jelasnya.

Baca juga: Wapres Jusuf Kalla minta Polri modernisasi peralatan dan pengetahuan

Baca juga: Wapres ingatkan Polri akan bahaya teknologi

Baca juga: Wapres dijadwalkan hadiri pemusnahan 2,6 ton sabu


Kekerasan antarumat bergama terjadi akibat tidak adanya paham ajaran agama menyejukkan yang diterima pelaku kekerasan tersebut. Oleh karena itu, peran para pemuka agama dalam hal ini sangat diperlukan, untuk memberikan pemahaman hidup beragama secara damai.

"Kenapa terjadi korban yang luar biasa apabila terjadi konflik agama? Karena ada pikiran yang kadang-kadang disodorkan oleh pimpinan masing-masing kelompok, bahwa apabila membunuh lawan, membakar Masjid atau Gereja, maka dia bisa masuk surga. Itu konsep jihad yang keliru," tegasnya.

Pengalaman Jusuf Kalla dalam menyelesaikan konflik di Ambon dan Poso menemukan paham jihad yang salah di kalangan para pelaku kekerasan antarumat beragama. Ketika di Ambon, Kalla bertanya kepada pelaku kekerasan dan mendapatkan jawaban bahwa perbuatan mereka tersebut didasarkan atas keinginan jihad yang keliru.

"Orang bunuh diri itu untuk mencari surga, dia ingin masuk surga secara tepat. Di Ambon, saya ketemu dengan mereka; mereka ingin masuk surga lewat jalan tol, segera, dan itu terjadi," ujarnya.

Oleh karena itu, Wapres berharap jajaran Polri di daerah dapat membina hubungan baik dengan para pemuka agama dan memahami ajaran agama yang mengutamakan perdamaian.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018