Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meninjau infrastruktur pelabuhan sekaligus melepas ekspor komoditas dengan kapal kontainer ukuran raksasa ke berbagai negara dari pelabuhan Tanjung Priok.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) tiba di Jakarta International Container Terminal (JICT) Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa sekitar pukul 17.00 WIB.

"Melalui ekspor dengan kapal besar kita ingin tunjukkan bahwa ekonomi kita tetap berjalan dengan baik, ekonomi kita tetap tangguh dan terus bergerak dan tujuan ekspor kali ini adalah Amerika Serikat," kata Presiden.

Pada kesempatan itu Presiden melepas ekspor berbagai komoditas yang diberangkatkan dengan kapal besar yakni Kapal CMA CGM Tage dari pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC itu.

Kapal yang berlabuh pada Minggu (13/5) ini memiliki kapasitas sekitar 10.000 TEUs dan berbobot 95.263 GT (Gross Tonnage) dengan ukuran panjang 300 meter.

Kapal ini merupakan satu dari beberapa kapal raksasa yang kini secara rutin berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Pelepasan kapal raksasa dihadiri juga oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri BUMN Rinu Soemarno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Direktur Utama IPC Elvyn G. Masassya, dan CEO CMA CGM Farid Belbouab.

Baca juga: Menhub siap fasilitasi peningkatan ekspor nasional

Direktur Utama IPC Elvyn G. Masassya menegaskan Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk menjadi poros maritim dunia. 

"Keberadaan kapal-kapal terbesar ini menunjukkan bahwa IPC siap mengelola pelabuhan bongkar muat terbesar di Indonesia. Didukung dengan IT System dan peralatan modern yang ada, kami bekerja sefektif dan seefisien mungkin untuk mendukung peningkatan ekspor," ujar Elvyn.

Selain kapal CMA CGM Tage ada beberapa kapal besar (mother vessel) yang rutin berlabuh di Tanjung Priok seperti generasi Post-Panamax APL Salalah dan Vessel Pelleas. 

Bahkan kapal APL Salalah memiliki kapasitas di atas 10.000 TEUs dengan bobot hampir 130 ribu GT, dan panjangnya mencapai 347 meter. Rute layanan langsung atau direct-call yang ditawarkan antara lain tujuan Eropa Utara, pantai barat Amerika Serikat, dan Intra-Asia.

Menurut Elvyn, kapal-kapal ukuran raksasa tersebut menawarkan layanan angkutan barang yang lebih kompetitif dan waktu pengiriman yang lebih cepat sehingga berpotensi meningkatkan daya saing produk-produk ekspor Indonesia, khususnya di Amerika Serikat.

BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia pada 2017 surplus sebesar 11,84 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan surplus pada 2016, yang sebesar 9,53 miliar dolar AS. 

Surplus neraca perdagangan pada 2017 menunjukkan level tertinggi sejak 2013 dan 2014 yang mengalami defisit, dan kemudian kembali surplus pada 2015 dan 2016.

Baca juga: Presiden Jokowi optimistis angka kemiskinan capai satu digit

VIDEO:

 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018