Bogor (ANTARA News) - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan inovasi "Swarm-Ship" yakni kapal otonom atau tanpa awak yang diprogram secara khusus mampu berkomunikasi satu dengan yang lainnya berfungsi untuk menjaga kedaulatan laut Indonesia.

"Swarm-ship itu kapal yang bisa komunikasi bersama," kata Ahmad Vidura, salah satu dari tiga mahasiswa IPB perancang `Swarm-Ship` saat ditemui di Bogor, Senin.

Swarm-ship dirancang oleh tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, yakni Chaidar Aji Nugroho, Ahya Mudah Siti Rohmawati, dan Ahmad Vidura, di bawah bimbingan Prof Indra Jaya.

Melalui program Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2018, Ahmad dan kawan-kawan mengenalkan inovasi ini, sehingga mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Ahmad menjelaskan, `Swarm-ship` sudah dikenal di banyak negara, termasuk Indonesia. Kapal tanpa awak ini digunakan untuk berbagai keperluan, baik untuk pengintai, pemantau, maupun pertahanan.?

Bedanya `Swarm-ship` yang dikembangkan oleh ketiga mahasiswa IPB ini dilengkapi program terbaru yakni partical swarm optimization yakni membuat kapal mampu berkomunitas dengan sesama outonomous lainnya.

Dengan teknologi ini, `swarm-ship` dapat digunakan untuk melakukan formasi, baik itu penyergapan, pengepungan, maupun pertahanan.

"Swarm ship dilengkapi dengan sistem swarm intelligence, kami merancang berbeda dengan kapal pengintai yang sudah ada," katanya.

Selain bisa digunakan untuk pertahanan keamanan di laut, swarm ship ini juga bisa digunakan untuk keperluan riset, yakni mendeteksi parameter fisik kimia laut, bahkan bisa juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal tenggelam, seperti kejadian di Danau Toba.

Konsep kerja kapal ini, menggunakan tipologi `star` (bintang) terdiri dari tiga kapal. Satu kapal berfungsi sebagai kapal instruktur, dan lainnya sebagai kapal pendukung.

Kapal-kapal tersebut terprogram melalui komputer mini yang terpasang di tiap-tiap kapal. Cara komunikasi kapal, setiap kapal dilengkapi GPS, kapal pendukung akan memberikan informasi lokasi mereka, kepada kapal instruktur.

Kapal instruktur akan mengetahui jumlah mereka, dan dapat menginstruksikan untuk melakukan formasi yang diprogramkan.

"Komunikasinya kapal ini bisa bergerak sendiri, dan bisa saling berkomunikasi antar kapal," katanya.

Ia mengatakan, komunikasi antar kapal ini bisa bertindak membuat formasi, apabila terjadi kasus di lapangan. Misalnya kapal asing masuk, kapal akan memberikan peringatan, atau mengepung melakukan pertahanan.

"Kapal ini dirancang bisa dilengkapi dengan alat pelindung, kalau dalam ukuran besarnya bisa dipasang alat pertahanan seperti rudal atau lainnya," ujar Ahmad.

Menurut dia, latar belakang inovasi ini tercipta karena maraknya pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal asing diperairan Indonesia.

Selain itu, banyaknya jalur tikus di perairan Indonesia mengisiasi terciptanya inovasi tersebut.

"Selama ini kita terkendala teknis, dan SDM di lapangan. Kalau kita bisa bikin kapal yang bisa bergerak sendiri, bisa berkomunikasi, membuat formasi dan membentuk pertahanan. Bisa membantu melakukan penjagaan di perairan kita" kata Ahmad.

Chaidar Aji Nugroho, rekan Ahmad, menambahkan, saat ini timnya telah menyelesaikan tiga buah Swarm-ship` yanb terdiri atas satu kapal instruktur, dan dua kapal pendukung.

Untuk dapat mengetahui apakah kapal yang dirakit berfungsi atau tidak, kapal ini telah melakukan pengujian di darat dan di perairan yakni di Situ Gede.

"Kami berharap inovasi ini menjadi salah satu solusi bagi Indonesia, khususnya di bidang pertahanan dalam menghadapi maraknya pencurian ikan," kata Chaidar. (KR-LR).

Baca juga: Mahasiswa IPB kembangkan masker herbal atasi jerawat

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018