Sampit (ANTARA News) - Asap akibat kebakaran lahan mulai menyelimuti sebagian kawasan di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Jumat, meski tidak terlalu tebal.

"Hari ini sepertinya memang asap akibat kebakaran lahan karena tercium bau asap. Biasanya kalau pagi memang sering ada kabut, tapi itu embun dan terasa segar. Kalau ini bau asap dan terasa mengganggu," kata Risa, warga Sampit.

Asap sangat terlihat di kawasan bantaran Sungai Mentaya. Jarak pandang di darat mulai berkurang, meski belum sampai mengganggu lalu lintas.

Sekitar pukul 06.00 pagi, pelajar yang hendak berangkat mengikuti upacara pengibaran bendera memperingati hari ulang tahun ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia, terlihat menutup hidung karena asap. Beberapa di antara mereka menggunakan bagian bawah jilbab mereka sebagai pengganti masker untuk menutup hidung.

Kabut asap sangat terlihat di tengah Sungai Mentaya. Kawasan seberang sungai dengan jarak sekitat 520 meter tidak bisa terlihat jelas seperti biasanya karena tertutup asap.

"Ini memang asap, karena kalau embun biasanya cepat hilang. Jarak pandang juga berkurang, tapi masih cukup aman," kata Rahman, seorang motoris.

Asap mulai bekurang sekitar pukul 07.00 WIB seiring matahari makin tinggi. Tiupan angin juga cukup ampuh menghilangkan konsentrasi asap sehingga jarak pandang berangsur kembali normal.

Sekretaris Daerah Kotawaringin Timur Halikinnor mengatakan Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Daerah berupaya keras memadamkan kebakaran lahan. Saat ini kebakaran cukup marak di kawasan yang sulit dijangkau melalui jalur darat sehingga harus mengandalkan pemadaman melalui?udara menggunakan helikopter pengebom air.

"Makanya kami meminta satu helikopter disiagakan di Bandara H Asan Sampit, sehingga bisa dengan cepat dimobilisasi ke lokasi kebakaran. Saat ini kondisinya sangat rawan karena kebakaran terjadi di lokasi yang sulit dijangkau melalui jalan darat," kata Sekda.

Menurut Halikinnor, kebakaran lahan cukup marak karena curah hujan sangat rendah. Tanah gambut sangat kering sehingga mudah terbakar dan sulit dipadamkan karena api terus membakar hingga ke dalam tanah.

Saat ini kendala yang dihadapi Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan adalah masalah teknis di lapangan, yakni sulitnya menjangkau lokasi serta sulitnya mendapatkan sumber air. Jalan satu-satunya pemadaman adalah melalui udara dengan cara pengeboman air atau `water bombing` menggunakan helikopter.

Berdasarkan data, saat ini sudah ada sekitar 470 hektare yang tersebar di sejumlah kecamatan. Kebakaran lahan tidak hanya di kawasan Kota Sampit, tetapi juga kecamatan kawasan luar kota.

Pemerintah daerah menetapkan Kotawaringin Timur berstatus siaga darurat kebakaran hutan dan lahan sejak 16 Juli hingga 18 November 2018. Meski begitu, Halikinnor berharap curah hujan sudah meningkat mulai awal September nanti.

Baca juga: Gubernur Kalteng: larangan membakar lahan jangan persulit petani
Baca juga: Amankan Asian Games, BNPB perpanjang modifikasi cuaca
Baca juga: BNPB: Hukum panglima tertinggi penanganan kebakaran hutan

 

Pewarta: Norjani
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2018