Kuala Lumpur (ANTARA News) - Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh (LBBP) Indonesia di Kuala Lumpur, Rusdi Kirana, berjanji akan membeli 1.000 unit mobil ASEAN produksi Indonesia dan Malaysia.

"Saya pribadi akan beli 1.000 mobil ASEAN,  tujuannya untuk ice breaking," ujar Rusdi Kirana yang juga pendiri maskapai Lion Group ketika menanggapi ide Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad, di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin.

Salah satu orang terkaya di Indonesia ini mengatakan ide Tun Dr Mahathir Mohamad Mahathir untuk membangun mobil ASEAN merupakan ide brilian karena merupakan ide yang sangat cemerlang.

Dia mengatakan jumlah penduduk ASEAN kurang lebih 500 juta orang,  sehingga secara ekonomi cukup untuk membangun proyek tersebut, ditambah lagi Malaysia mempunyai latar belakang mobil nasionalnya Proton. Sementara  Indonesia sudah memiliki pabrik pesawat terbang.

"Kenapa tidak bergabung, kita berbagi teknologi, berbagi pasar (market), sesudah berhasil kita sama-sama mengekspor," katanya.

Baca juga: Indonesia-Malaysia kolaborasi kembangkan industri otomotif

Dia sudah menyampaikan ke Tun Dr Mahathir Mohamad saat diberi kesempatan berjumpa dengan beliau.

"Saya sampaikan dan saya ulangi lagi saat pertemuan Tun dengan Presiden Jokowi di Jakarta. Saya pribadi akan beli 1.000 mobil tujuannya untuk ice breaking," katanya.

Dia menegaskan mobil ASEAN tidak bisa hanya diproduksi oleh Malaysia sendiri atau Indonesia sendiri, tetapi kalau digabung akan lebih baik.

Sebelumnya langkah sinergi kedua negara serumpun ini telah ditandai dengan pertukaran Memorandum of Agreement (MoA), antara Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI), I Made Dana Tangkas dan CEO Malaysia Automotive Institute (MAI), Dato Mohamad Madani Sahari (10/8).

"Jadi kan itu untuk item lokal kontennya harus mencapai 40 persen, sehingga kalau ini sudah besar mencapai 100 persen ASEAN content, ini baru bisa disebut mobil ASEAN," kata I Made Dana Tangkas.

Baca juga: Bakal ada mobil ASEAN?
Baca juga: Indonesia bisa jadi pusat produksi mobil ASEAN
Pewarta:
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018