Hingga saat ini, persiapan penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 diklaim oleh pemerintah telah mencapai 95 persen.
Jakarta, (ANTARA News) - Kurang dari 20 hari lagi, sebuah pertemuan ekonomi yang disebut terbesar di dunia akan diadakan di Indonesia, tepatnya di Kawasan Nusa Dua, Bali.

Sebuah ajang tahunan yang dimulai 72 tahun lalu dan diikuti ribuan belasan ribu peserta dari 189 negara. Ajang itu bernama Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional dan Grup Bank Dunia, atau dalam bahasa Inggrisnya "The Annual Meetings of the International Monetary Fund (IMF) and the World Bank Group".

IMF adalah organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab pada stabilitas sistem moneter internasional, sistem yang memungkinkan negara-negara dan warga negaranya bertransaksi satu sama lain. Sementara Grup Bank Dunia merupakan gabungan lima organisasi internasional yang memiliki dua tujuan ambisius, yaitu mengakhiri kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kemakmuran bersama.

Pertemuan IMF-Bank Dunia sendiri normalnya digelar sekali setahun oleh Dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia, pada September atau Oktober, untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini. Pada tahun pertama dan kedua, pertemuan biasanya dilaksanakan di Washington yang menjadi markas keduanya. Namun di tahun ketiga, pertemuan dilakukan di negara anggota.

Terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan IMF-Bank Dunia sendiri juga tidak bisa dibilang mudah. Empat tahun lalu, Indonesia harus memulai dengan pengutaraan minat menjadi tuan rumah dan menyerahkan proposal.

Selama enam bulan, dilakukan proses penawaran (bidding) dan penilaian dari IMF-Bank Dunia. Sampai akhirnya pada Oktober 2015, Indonesia resmi ditunjuk sebagai tuan rumah pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018, mengalahkan Senegal dan Mesir. Sebuah kesempatan langka yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia.

Pada Maret 2017, dibentuklah Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-Grup Bank Dunia 2018 yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan dibantu dua wakil ketua, yaitu Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan. Panitia Nasional tersebut bertanggung jawab melakukan pelaksanaan, pengawasan dan monitoring atas semua kegiatan dalam rangka persiapan dan penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018.

Mengutip laman resmi panitia nasional IM-Bank Dunia 2018, www.am2018bali.go.id, pertemuan dibagi dalam beberapa bagian, pertama, acara utama atau main events, yang digelar pada 12-14 Oktober 2018.

Ini adalah inti dari pertemuan tahunan yang akan mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu yang tengah berkembang. Acara utama ini terbagi menjadi tiga, yaitu Plenary Session, International Monetary and Financial Committee (IMFC) Meeting, dan Development Committee (DC) Meeting.

Plenary Session adalah pertemuan puncak yang akan diikuti oleh seluruh pemimpin delegasi, serta seluruh pemimpin manajemen IMF dan Bank Dunia. Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan hadir dan memberikan sambutan di hadapan seluruh peserta.

IMFC adalah komite yang bertugas memberikan masukan mengenai berbagai isu yang mempengaruhi perekonomian global serta memberikan arahan program kerja IMF ke depan. Adapun DC bertugas memberikan masukan kepada Dewan Gubernur IMF dan WB mengenai isu perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang.

Selain itu, juga ada acara sampingan (side events), yang dihelat pada 8-14 Oktober. Side Events merupakan rangkaian pertemuan yang diselenggarakan bersamaan atau menjelang acara utama oleh Sekretariat Tim Pertemuan IMF-Bank Dunia maupun sektor swasta, berupa pertemuan, gala dinner, lunch meeting, seminar, ataupun lokakarya, antara pelaku bisnis, lembaga keuangan, maupun pertemuan dengan menteri keuangan dan gubernur bank sentral.

Kemudian ada juga acara pendukung yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia selaku tuan rumah, yaitu Indonesia Pavilion, Indonesia Gourmet and Food Festival, dan Indonesia Cultural and Art Performance. Selain itu, ada juga ASEAN Leaders Retreat (ALR) dan Host Country Reception (Gala Dinner).

Pemerintah juga mengadakan Voyage to Indonesia di dalam dan luar negeri. Voyage to Indonesia adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka branding dan promosi untuk menarik perhatian, menumbuhkan kesadaran, dan membangun partisipasi seluruh pemangku kepentingan menuju pelaksanaan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Pulau Dewata nanti.

Sebagai tuan rumah, dalam jangka pendek, Indonesia tentunya akan mendapatkan manfaat, yaitu berupa penerimaan devisa, bergeraknya ekonomi regional di Bali maupun nasional, serta peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah melakukan kajian, pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali dapat memberikan dampak sebesar 0,64 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut.

Pertumbuhan ekonomi Bali yang diasumsikan hanya tumbuh 5,9 persen, dengan adanya perhelatan tersebut akan menjadi 6,54 persen pada akhir 2018. Tambahan pertumbuhan sebesar 0,64 persen itu berasal dari pertumbuhan sektor konstruksi 0,26 persen, pertumbuhan sektor lain-lain 0,21 persen, pertumbuhan sektor hotel 0,12 persen, dan pertumbuhan sektor makanan dan minuman 0,05 persen.

Sedangkan dampak tidak langsung, yaitu adanya kenaikan nilai PDRB riil sebesar Rp894 miliar pada 2018, untuk menambah secara keseluruhan PDRB riil Bali sebesar Rp1,2 triliun pada periode 2017-2019.

Keuntungan ekonomi tersebut antara lain berasal dari kegiatan tahapan penyiapan infrastruktur yang investasinya mencapai Rp3 triliun, pengeluaran belanja dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang diperkirakan mencapai Rp1,1 triliun serta penyelenggaraan acara pertemuan.

Pertemuan itu juga disebut menciptakan kesempatan kerja, yaitu sebanyak 32.700 orang dan meningkatkan upah riil sebesar 1,13 persen serta kesempatan kerja rata-rata 1,26 persen. Secara total, pertemuan itu memberikan dampak kepada perekonomian sebesar Rp7,8 triliun sepanjang 2017-2018, yang antara lain terdiri dari kegiatan konstruksi infrastruktur dan penyiapan kawasan wisata Rp3 triliun, hotel dan akomodasi Rp0,9 triliun dan perdagangan Rp0,8 triliun.

Perhitungan dampak ekonomi itu dilakukan dengan perkiraan sebanyak 19.800 peserta yang terdiri atas 5.050 delegasi dan 14.750 nondelegasi yang akan menghadiri pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. Perhitungan tersebut juga mempertimbangkan rata-rata tinggal para peserta selama sembilan hari dengan kemungkinan pengeluaran para delegasi sebesar 150 Dolar AS per hari diluar akomodasi maupun biaya perjalanan lainnya.

Berkaca pada pengalaman sebelumnya ketika Bali menjadi tuan rumah APEC pada 2013, tingkat perekonomian di kawasan tercatat meningkat rata-rata tumbuh di atas 6,5 persen, dengan sektor yang tercatat paling tumbuh positif antara lain konstruksi, akomodasi maupun makanan dan minuman.

Dari sisi investasi, pemerintah akan memanfaatkan pertemuan di Bali tersebut untuk menawarkan kesempatan investasi sebesar 42,2 miliar Dolar AS kepada investor. Model investasi yang ditawarkan pemerintah antara lain penanaman modal langsung berupa kemitraan strategis sebesar 6,6 miliar Dolar AS untuk 13 proyek, partisipasi ekuitas 21,2 miliar Dolar AS untuk 45 proyek maupun pembiayaan proyek 11,6 miliar Dolar AS untuk 19 proyek.

Selain itu, model investasi lainnya adalah investasi ke pasar modal berupa obligasi domestik (Medium Term Notes/MTN) sebesar 748 juta Dolar AS untuk dua proyek, obligasi proyek 1,2 miliar Dolar AS untuk satu proyek dan dana infrastruktur 852 juta Dolar AS untuk empat proyek. Sektor yang ditawarkan tersebut mencakup investasi dalam bidang energi listrik, minyak dan gas, manufaktur, telekomunikasi, konstruksi dan infrastruktur, transportasi, pelabuhan laut, bandar udara, properti dan real estat, pariwisata dan perhotelan, pertahanan keamanan dan pasar modal.

Hingga saat ini, persiapan penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 diklaim oleh pemerintah telah mencapai 95 persen. IMF pun menilai persiapan sudah berjalan sangat baik dan diyakini dapat menghasilkan pertemuan yang sukses.*

Baca juga: Semangat GWK jamu pertemuan IMF

Baca juga: IMF apresiasi persiapan pertemuan tahunan di Bali


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018