Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto berdialog dengan pemimpin beberapa organisasi massa (ormas) Islam mengenai kestabilan keamanan setelah peristiwa pembakaran bendera bertulisan kalimat tauhid di Garut, Jawa Barat.

"Pertemuan silaturahim di antara kita, di antara pimpinan Islam untuk membicangkan sesuatu yang bermanfaat kaitannya dengan kebersamaan kita sebagai satu entitas bangsa di mana sebagian besar masyarakat beragama Islam," kata Wiranto saat membuka acara dialog santai tersebut di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Jakarta, Jumat.

Dialog yang antara lain dihadiri oleh pemimpin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Majelis Ulama Indonesia, PP Muhammdiyah, Pemuda Muhammadiyah, Syarikat Islam, GP Ansor, Persaudaraan Alumni 212 serta perwakilan dari Polri, Badan Intelijen Negara, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia itu menurut Wiranto merupakan bagian dari upaya merajut kebersamaan demi negara yang stabil.

Ia menyebut peristiwa pembakaran bendera yang sebenarnya skalanya kecil karena terjadi di kecamatan dengan pelaku tiga orang di Garut telah berkembang menjadi isu negara yang berpotensi menggangu kestabilan keamanan negara.

"Tiga orang menyebabkan 162 juta orang kena akibatnya. Maka kami minta kearifan tokoh agama intern Islam. Antar-Islam, yang bawa bendera orang Islam, yang membakar orang Islam, mereka masing-masing punya komunitas dan perlu kearifan," kata Wiranto.

Lewat dialog yang dimulai pukul 09.15 WIB itu, pemerintah mengajak para pemimpin ormas menyelesaikan masalah secara bersama sebagai sesama umat Islam dan berharap dialog bisa membawa solusi damai untuk mengakhiri kegaduhan akibat pembakaran bendera tersebut.

"Karena terus terang banyak yang kemudian menunggangi," demikian Wiranto.


Baca juga:
Wiranto inisiasi pertemuan dengan ormas Islam
Wiranto sebut Aksi Bela Tauhid mubazir
Wiranto tegaskan Polri serius proses hukum pembakar bendera

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018