Bogor (ANTARA News) - Di penghujung tahun 2018, Kota Bogor, Jawa Barat, diterjang angin puting beliung, tepatnya Kamis (6/12) sore dengan kecepatan 30 knot atau 50 km per jam.

Musibah tersebut melanda tiga kecamatan yakni Kecamatan Bogor Selatan, sebagian kecil di Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Tengah.

Perstiwa angin puting beliung ini memberi dampak sangat masif, yakni menewaskan satu orang, merusak 1.469 unit rumah warga di tiga kecamatan.

Bogor Selatan menjadi kecamatan terparah kerusakan akibat diterjang angin puting beliung tersebut.

Banyaknya bencana yang melanda membuat Wali Kota, Bima Arya Sugiarto mengimbau warganya untuk tidak menggelar pesta perayaan tahun baru, sebagai bentuk keprihatinan terhadap musibah yang terjadi.

Musibah silih berganti melanda, tsunami di Selat Sunda meluluh lantakkan pesisir Banten dan Lampung, gempa hingga tsunami ditambah likuifaksi di Palu-Donggala, Sulawesi Tengah, gempa Lombok, termasuk puting beliung di Kota Bogor.

"Saya mengajak warga Kota Bogor untuk tidak merayakan malam pergantian tahun secara berlebihan, mari kita sama-sama tunjukkan simpati kita, empati kita, dukungan kita, terhadap sauara-saudara kita yang sekarang sedang diuji oleh bencana," kata Bima.

Angin puting beliung menerjang Kota Bogor pada 6 Desember 2108 sekitar pukul 15.00 WIB, meski sebelumnya cuaca cukup cerah, bahkan di siang hari panas terik. Suasana mendadak kelam, saat angin kencang disertai hujan dan petir menyelimuti pemukiman warga. 

Data penanggulangan bencana puting beliung BPBD Kota Bogor yang dihimpun dari kelurahan dan kecamatan mencatat jumlah rumah rusak 1.469 unit, terdiri atas 988 rusak berat, 368 rusak sedang, 113 rusak berat.

Selain merusak rumah, angin kencang ini juga menumbangkan 100 pohon, merusak empat unit kendaraan roda empat dan sejumlah sepeda motor.

Satu orang tewas dalam peristiwa tersebut. Korban bernama Enny Reno (54), yang tertimpa pohon di Jl Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan. Almarhumah merupakan seorang pengurus majelis ta'lim di perumahanya, BNR.

Dasyatnya terjangan angin terekam dan diabadikan melalui video nitizen yang viral di media social, angin mampu mengangkat atap rumah warga hingga berserakan di jalanan, puing-puing atap rumah bertebangan di udara.

"Terasa seperti mau kiamat, angina kencang semua atap berterbangan, ditambah hujan dan petir juga," kata Andri Firmansyah (22), warga Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan.

Masifnya kerusakan yang diakibatkan puting beliung membutuhkan biaya Rp7,5 miliar untuk tanggap darurat, pemulihan kembali dan merenovasi rumah milik warga termasuk sarana prasaran umum yang rusak.

Pemerintah Kota Bogor harus menguras biaya tidak terduga dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp1,45 miliar untuk penanggulangan bencana puting beliung.

Dana tersebut dialokasikan untuk bantuan hunian sementara atau kontrakan sebesar Rp85,5 juta, pangan dan supply ke dapur umum Rp35 juta. Sandang seperti kasur, selimut, tas sekolah dan perlengkapan Rp104 juta, operasional petugas dan komunikasi relawan Rp289,9 juta. Bantuan juga disalurkan berupa asbes sebanyak 5.000 lembar, dan terpal 1.000 lembar.

Pemerintah Kota Bogor mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp5 miliar.

Dana tersebut dialokasikan untuk perbaikan 1.012 unit rumah rusak yang memiliki alas hak. Masing-masing rumah mendapat Rp11,2 juta.

Selain dari Pemprov Jabar, Dinas Sosial Kota Bogor juga menerima sumbangan bantuan dari masyarakat senilai Rp766 juta dari rekening Solidaritas Bogor, dan Rp347 juta dari rekening Dinas Sosial.

Pemerintah Kota Bogor juga mengalokasikan anggaran bagi warga yang kendaraannya rusak tertimpa pohon, dengan nominal pergantian sama besarannya seperti klaim asuransi.

Bima mengatakan, dari banyak peristiwa bencana yang terjadi, banyak warga yang tidak memiliki kemampuan finansial. Sejak dua tahun lalu, Pemkot Bogor telah menyalurkan ganti rugi bagi warga yang kendaraannya rusak ditimpa pohon tumbang.

"Kami belajar dari banyak peristiwa, bantuan ini ada dibagian Perumkim, khususnya untuk pohon tumbang," katanya.



Rawan bencana

Sebulan sebelum kejadian puting beliung terjadi, dengan banyaknya kejadian bencana yang melanda wilayah di Indonesia, Pemkot Bogor mengundang BMKG dan Pusat Studi Bencana IPB dalam rapat staf untuk mengetahui gambaran kerawanan Kota Bogor terhadap bencana.

Pertamuan tersebut menyimpulkan, Kota Bogor jauh dari patahan-patahan gempa, sedangkan gunung meletus berdasarkan kalkulasi nasional, Gunung Salak belum menunjukkan tanda-tanda aktif.

"Justru yang perlu diwaspadai puting beliung," kata Bima.

Kota Bogor telah memiliki peta kerawanan bencana longsor dan banjir. Tetapi belum memiliki peta kerawanan puting beliung. Karena bencana satu ini tidak bisa diprediksi kapan datangnya dan di mana lokasinya.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Bogor, Hadi Saputra menyebutkan, angin kencang atau puting beliung masih berpotensi terjadi sampai musim hujan berakhir. Prakiraan BMKG musim hujan masih terjadi sampai awal Maret.

Angin puting beliung bersumber dari pembentukan awan-awan konventif dengan jenis Cumulonimbus.

Awan tersebut dapat menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang, puting beliung serta kilat atau petir.

Tanda-tanda angin puting beliung bisa dikenali, jika terjadi panas yang cukup terik, lalu mendadak mendung tebal dan ada pembentukan awan Cumulonimbus, maka menyebabkan hujan ekstrim yang disertai angin kencang, termasuk kilat dan petir.

"Jika sudah mendengar bunyi petir, sebaiknya berlindung mencari tempat yang aman, hindari berlindung di bawah pohon, di bawah papan reklame, dan menjauhi lapangan terbuka," kata Hadi.



Peringatan dini

Selama pertengah bulan Desember, angin kencang masih terjadi di Kota Bogor, hal ini karena efek adanya siklon tropis Kenanga.

Tetapi siklon tersebut sudah tidak ada lagi, sekarang sudah kembali normal msim hujan. Angin yang bertiup dari barat (muson barat) yang membawa banyak uap air.

Ahli spasial Klimatologi Pusat Studi Bencana IPB, Dr Perdinan mengatakan wilayah Bogor rawan bencana hidroklimatologi.

Kejadian puting beliung bukan yang pertama kali terjadi di Bogor, sehingga perlu melakukan langkah antisipatif.

"Potensi bencana yang umum di Kota Bogor itu angin kencang, banjir dan genangan, tanah longsor, serta kebakaran," kata Perdinan yang juga Sekretaris Pusat Studi Bencana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PSB LPPM) IPB.

Risiko angin kencang biasanya banyak muncul pada saat terjadi peralihan musim karena perbedaan tekanan. Kota Bogor dengan struktur kawasan yang berkontur tidak datar menjadi salah satu pemicu terjadinya puting beliung.

"Perbedaan tekanan dan gerakan angin terus menimbulkan akumulasi awan yang disertai angin seperti yang terjadi tanggal 6 Desember lalu," katanya.

Perdinan menyarankan Pemerintah Kota Bogor perlu melakukan serangkaian langkah antisipatif diantaranya pemetaan wilayah berpotensi angin kencang, pemetaan distribusi spasial pohon dengan jenis dan umur, pemetaan topografi dan kemiringan wilayah, serta penataan pepohonan di wilayah kota.

Biasanya banyak pihak akan lupa dengan kejadian bencana ini sehingga catatan hanya tertinggal dikutipan media. Untuk itu Perdinan menghimbau BPBD harus segera mengumpulkan semua data-data kejadian sejak 10 tahun terakhir dan memetakan tingkat bahaya dan frekuensinya.

Selanjutnya data ini bisa dijadikan sebagai pedoman mitigasi berdasarkan daerah yang rawan bencana. Dengan demikian, ke depan Kota Bogor dapat lebih antisipatif dalam menyikapi setiap perubahan dan risiko yang akan terjadi.

Sementara itu Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiato berencana membuat sistem peringatan dini bencana khususnya angin puting beliung, dengan belajar dari pengalaman Kota Surabaya yang sudah memiliki sistem peringatan dini.

"Belajar dari Ibu Risma, Insya Allah nanti akan diinstal satu sistem di mana kita bisa mendeteksi datangnya angin puting beliung, sudah ada commont center di sini, software sudah ada, akan dilakukan pelatihan untuk operatornya.

Dengan demikian, bisa dibaca ketika ada formula awan. Sehari sebelumnya, beberapa jam sebelumnya bisa dibaca lalu dilakukan peringatan dini ke semua warga di semua wilayah Kota Bogor.*


Baca juga: Anggaran penanganan puting beliung capai Rp7,5 miliar

Baca juga: Bogor cairkan Rp1,5 miliar untuk pemulihan bencana puting-beliung


 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019