Jakarta (ANTARA News) - KPK menyatakan tetap bekerja seperti biasa pascaancaman teror bom yang ditujukan ke rumah dua pimpinan KPK, yakni Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif.
   
"KPK tetap bekerja seperti biasa, baik pelaksanaan tugas penindakan dan tugas pencegahan, misalnya hari ini pemeriksaan masih terus kami lakukan untuk berbagai kasus, saksi ataupun tersangka dan juga tugas-tugas pencegahan juga tetap dilakukan," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di gedung KPK Jakarta, Rabu.
   
Rabu pagi rumah Ketua KPK Agus Rahardjo menjadi sasaran teror bom oleh orang tak dikenal. Di rumah Agus yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, polisi menemukan barang bukti berupa pipa paralon, detonator, sekring, kabel warna kuning, paku ukuran 7 centimeter, serbuk putih, baterai dan tas.
   
Sedangkan rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Jalan Kalibata Selatan, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, dilempar dua bom molotov oleh orang tak dikenal, salah satu bom sempat merusak teras bagian atas rumah Laode. Penemuan bom itu terjadi pada Rabu (9/1) sekitar pukul 05.30 WIB.
   
"Jadi pimpinan lima pimpinan hari ini hadir di kantor dan melaksanakan tugas masing-masing. Ada juga yang melakukan tugas di luar misalnya menjadi narasumber di Kementerian Pendidikan, kemudian menerima pihak dari kedutaan negara lain diskusi tentang pemberantasan korupsi dan beberapa diskusi-diskusi terkait dengan penelitian dan pengembangan di Kementerian Kesehatan," ungkap Febri.
   
Menurut Febri, kejadian tersebut tidak langsung mempengaruhi kinerja pimpinan maupun pegawai KPK, Febri menegaskan bahwa KPK punya mekanisme mitigasi risiko keamanan yang diberlakukan pasca kejadian tersebut.
   
"Jadi kalau untuk standar keamanan tentu ada, namun kalau ada peristiwa-peristiwa tertentu kita bahas melalui mekanisme mitigasi risiko keamanan, jadi risiko-risikonya dipetakan dan akan dilakukan jika dibutuhkan tindakan-tindakan tertentu," ungkap Febri.
   
Namun Febri tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai mekanisme mitigasi risiko yang diterapkan KPK.
   
"Tapi yang pasti untuk pengamanan koordinasi tentu dilakukan juga dengan Polri kalau dibutuhkan pengamanan tambahan, misalnya untuk lima orang pimpinan KPK atau pengamanan yang lain sesuai dengan kebutuhan tersebut," ungkap Febri.
   
Febri pun menolak untuk menyimpulkan teror tersebut terkait dengan kasus-kasus yang ditangani KPK selama ini.
 
"Untuk teknis nanti biar disampaikan tim Polri saja, informasinya akan lebih lengkap kalau olah TKP sudah dilakukan dan ada perkembangan lebih lanjut," tambah Febri.
   
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono mengatakan, tim Khusus Mabes Polri dibentuk untuk menyelidiki aksi teror tersebut. 
   
Tim terdiri atas jajaran Polda Metro Jaya, dibantu anggota Detasemen Khusus Antiteror 88, Inafis, dan Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri.
   
Argo mengatakan, penyidik telah memeriksa beberapa saksi dan rekaman kamera tersembunyi. Di rumah Laode juga ditemukan dua rakitan molotov terbuat dari botol kaca berisi bahan bakar dan sumbu. 
   
Dua bom tersebut dilemparkan ke rumah Laode M Syarif di Jalan Kalibata Selatan Nomor 42-C, Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.
   
Sementara itu, ada tas yang ditemukan tersangkut di pagar kediaman Agus di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Benda itu pertama kali ditemukan seorang ajudan pribadi Agus Raharjo sekitar pukul 05.30 WIB saat melintas di sekitar TKP.
   
Usai kejadian itu, pihak kepolisian memastikan situasi di kediaman dua petinggi KPK itu aman dan kondusif lantaran telah dilakukan sterilisasi, serta meningkatkan patroli.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019