Yogyakarta (ANTARA News) - Keraton Ngayogyakarta sedang menyiapkan perpustakaan digital khusus untuk menghimpun manuskrip atau naskah kuno milik keraton yang telah diubah ke dalam format digital agar lebih mudah diakses oleh masyarakat luas.

"Saat ini sudah proses untuk mendigitalisasi manuskrip tersebut sehingga kami berharap akademisi Indonesia maupun luar negeri bisa lebih dekat tanpa 'melukai' manuskrip itu sendiri," kata Penghageng Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta GKR Bendara di Yogyakarta, Jumat.

Ia mengatakan saat ini total ada 600 naskah kuno yang tersimpan di Keraton Ngayogtakarta, dengan rincian 400 naskah tentang pemerintahan berada di Perpustakaan Widyo Budoyo dan 200 naskah tentang kesenian berada di Perpustakaan Krido Mardowo Keraton Yogyakarta.

"Tetapi tidak semua manuskrip bisa diakses masyarakat karena ada beberapa yang dirahasiakan di Keraton," kata Putri Raja Keraton Ngayogyakarta Sultan HB X itu.

Upaya untuk mendigitalisasi naskah-naskah kuno milik Keraton Yogyakarta, kata Bendara, telah dimulai oleh Sultan HB X sejak Maret 2018 bekerja sama dengan British Library di London.

Selain memudahkan masyarakat mengakses, ia mengatakan, digitalisasi naskah kuno mendesak untuk dilakukan mengingat banyak naskah kuno milik Keraton Yogyakarta yang hilang dan kemudian ditemukan di berbagai negara, salah satunya Inggris.

Salah satu naskah penting yang hilang, menurut dia, yakni naskah tentang kepemimpinan Hamengku Buwono (HB) I. Dalam pelacakan, naskah itu ditemukan di British Library.

Ia menyebutkan hingga kini, ada 75 manuskrip yang telah dikembalikan British Library ke Keraton dalam bentuk digital.

"Kami berharap ini menjadi titik awal kerja sama mengembalikan manuskrip Keraton yang ada di Belanda, Inggris, dan belahan dunia lainnya," kata dia.

Ia mengatakan sejak peristiwa Geger Sepehi tahun 1812, Keraton Yogyakarta kehilangan banyak naskah bersejarah yang memuat berbagai ajaran leluhur.

Geger Sepehi adalah peristiwa penyerbuan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada 19-20 Juni 1812. Nama Sepehi diambil dari nama pasukan Sepoy, yang dipekerjakan Inggris untuk menyerang keraton kala itu.

"Berbagai naskah yang hilang itu selama ini telah 207 tahun berada di Inggris," kata Bendara.

Dalam rangkaian acara peringatan 30 tahun kenaikan tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Keraton Yogyakarta juga akan menggelar simposium internasional mengenai budaya Jawa dan naskah Keraton Yogyakarta pada 5 dan 6 Maret, serta Pameran Naskah Keraton Yogyakarta di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran pada 7 Maret.

Naskah-naskah fisik yang akan dipamerkan merupakan koleksi keraton warisan Sri Sultan Hamengku Buwono V, di antaranya babad, serat, dan cathetan warni-warni dari perpustakaan keraton, KHP Widya Budaya.
Baca juga:
Naskah-naskah kuno Indonesia di Staatsbibliothek zu Berlin
60 naskah Melayu kuno didigitalisasi Universitas Lancang Kuning Riau

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019