Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini hingga saat ini sudah mengunjungi 11 dari 15 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal usai bertugas saat Pemilu 2019 di Surabaya, Jawa Timur.

"Bagaimana bu, sakit apa ayahnya, yang dikeluhkan apa," kata Wali Kota Risma kepada istri almarhum petugas KPPS TPS 36 Dupak, Sukardji, Endang Sumarni (51) saat berkunjung ke kediaman almarhum di Jalan Lasem No. 2 Gang Buntu, Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, Sabtu.

Sukardji merupakan anggota KPPS Tempat Pemungutan Suara (TPS) 36 Dupak Krembangan yang mengalami sakit setelah tertimpa meja di TPS tempatnya bertugas.

Almarhum Sukardji merupakan seorang pensiunan PNS yang sempat dinas di Kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Ia hidup bersama istri dan tiga orang anaknya, yakni Endah Pratiwi (29), Anjar Indah (27), Rahmad Dhani (22), bersama satu menantu dan satu cucu.

Dalam kunjungan tersebut, wali kota perempuan pertama di Surabaya itu dengan seksama mendengarkan kronologi cerita meninggalnya almarhum dari sang istri. Ia juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas apa yang menimpa almarhum Sukardji.

Istri almarhum, Endang Sumarni  menceritakan kronologi sebelum suaminya meninggal. Dalam waktu satu hari, almarhum berpindah di tiga rumah sakit. Setelah menggeluh sakit usai kejatuhan meja di TPS, Jumat (26/4). Kemudian, almarhum Sukardji dibawa ke Rumah Sakit PHC dan dirujuk ke Rumah Sakit Airlangga hingga meninggal dunia.

Setelah mendengar cerita tersebut, Wali Kota Risma juga bertanya terkait kondisi anak-anak almarhum. Seketika itu, anak ketiga almarhum Sutardji, Rahmad Dhani, menceritakan kondisinya yang tidak dapat menuntaskan sekolah jenjang strata satu akibat minim biaya.

Kini Rahmad lebih memilih untuk berdagang. Mendengar hal tersebut, Wali Kota Risma langsung menawarkan kepada Rahmad untuk bergabung dalam binaan Pejuang Muda, agar usahanya itu bisa lebih berkembang.

"Ayo kalau kamu mau usahamu makin lancar, nanti ikut di Pejuang Muda pelatihan-pelatihan untuk jadi pengusaha yang sukses. Nanti juga saya undang untuk datang ke Gedung Siola lantai 4, nanti ada pengarahan dari saya di situ nanti juga kumpul dengan banyak peserta," ujar Wali Kota Risma kepada Rahmad.

Wali Kota Risma juga memastikan bahwa pihaknya siap membantu dan mendorong anak keluarga almarhum, agar usaha yang dijalankan bisa lebih berkembang. Namun begitu, ia berharap kepada anak almarhum agar mau bersungguh-sungguh mengikuti program-program pelatihan Pejuang Muda.

"Saya dukung kamu, semua itu pasti bisa, tinggal kita mau apa tidak," katanya.

Istri almarhum, Endang Sumarni, terlihat tak percaya jika pejabat nomor satu di jajaran lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sampai datang takziah ke rumahnya. Ia pun bersyukur bisa bertemu langsung dan menyampaikan uneg-uneg kepada wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.

"Terima kasih Bu Risma sudah mau datang ke sini, keluarga sangat terharu sudah mau datang ke rumah," kata Endang.

Usai bertemu dengan keluarga almarhum Sukardji, Wali Kota Risma bersama jajarannya kemudian melanjutkan kunjungan takziah. Pada kunjungannya yang ke-11 ini, ia menuju rumah duka keluarga almarhum Muhammad Syaiful Arief (69) di Jalan Demak Timur Gang 3 No. 5A, Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan Surabaya. Almarhum tercatat sebagai Ketua TPS 40 Gundih di Demak Timur 3 No. 11 Surabaya.

Almarhum dalam kesehariannya merupakan seorang wirausaha dalam bidang mebel. Ia meninggalkan tiga orang anak, satu pria dan dua wanita, serta seorang istri yang bernama Hartutik (60).

Pada kesempatan itu, hal yang sama juga dilakukan Wali Kota Risma kepada keluarga almarhum Muhammad Syaiful Arief. Dalam pertemuan dengan keluarga almarhum, Wali Kota Risma mencoba manfaatkan untuk memahami dan menggali data permasalahan yang ada. Harapannya, ia bisa membantu mencarikan solusi atas masalah yang menimpa keluarga almarhum.

Wali Kota Risma mengungkapkan bahwa setiap keluarga yang ditinggal, memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Untuk itu, ia menyebutkan, cara penyelesaian masalah yang dilakukan juga berbeda-beda.

"Penyelesaiannya tidak bisa sama karena masalahnya beda-beda, namun yang paling penting adalah kesinambungan. Karena itu kita bantu coba selesaikan masalahnya, supaya bebannya terkurangi. Bagaimana pun beliau-beliau ini sudah membantu dan telah berjasa," katanya.


 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019