Survei ini bisa melihat cara pandang orang luar terhadap kondisi pasar Jakarta
Jakarta (ANTARA) - DKI Jakarta menempati peringkat ke-20 dalam Indeks Kota Global Berdaya Tahan yang dikeluarkan oleh perusahaan konsultan properti internasional, Savills, yang mencakup kota-kota yang dinilai lebih resilien terhadap disrupsi ekonomi global.

"Survei dilakukan oleh Savills Internasional (perusahaan konsultan properti multinasional) secara global. Survei ini bisa melihat cara pandang orang luar terhadap kondisi pasar Jakarta," kata Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus, dalam paparan properti kepada media di Jakarta, Rabu.

Menurut Anton, saat ini ada semacam anggapan bahwa berbagai kota besar di tingkat dunia seperti New York, Tokyo, dan London, akan terus selamanya menjadi kota-kota besar.

Padahal, bila dilihat dari kajian historis tidak selamanya akan demikian karena sepanjang lintasan sejarah manusia maka kota-kota besar banyak yang berubah.

"Kota-kota besar akan berubah dan disebabkan banyak hal, yang menjadi omongan orang pada saat ini adalah soal disrupsi di dalam setiap aspek manusia seperti dalam bisnis dan aktivitas sosial lainnya," kata Anton Sitorus.

Ia menyebutkan bahwa penyebab disrupsi ini antara lain karena teknologi, perubahan demografi, serta faktor kepemipinan politik di masing-masing wilayah atau negara.

Dalam Indeks Kota Global Savills, yang disurvei adalah kota-kota besar yang memiliki tingkat PDB (Pertumbuhan Domestik Bruto) lebih besar dari 50 miliar dolar AS per tahun.

Hasilnya, pemeringkatan kota-kota global dengan PDB 50 miliar dolar AS lebih dipuncaki oleh New York, dan kemudian secara berturut-turut adalah kota Tokyo, London, Los Angeles, dan Shanghai.

"Kalau melihat 20 besar, yang berasal dari ASEAN adalah Jakarta (peringkat ke-20) dan Singapura (peringkat ke-13)," katanya.

Meski di peringkat ke-20, namun peringkat Jakarta dinilai naik lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya yang berada di 20 besar. Hal tersebut karena pada 2008, Jakarta masih berada di peringkat 103, dan kemudian meloncat menjadi peringkat 51 pada 2018.

Apalagi, ujar dia, Jakarta juga berada pada kawasan Asia Pasifik yang diperkirakan bakal memiliki peran yang global dan dominan pada saat ini dan tahun-tahun ke depannya.

"Ini sesuatu yang kurang kita sadari. Indonesia dengan ibukota Jakarta memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. ini menjadi modal bagi Jakarta untuk menarik investasi," katanya.

Anton mengemukakan bahwa sektor properti Jakarta masih memiliki ruang untuk bertumbuh, yang tercermin dari harga berbagai jenis properti yang masih belum seberapa dibandingkan kota-kota besar lainnya di dunia.

Namun, lanjutnya, disadari pula bahwa dari sisi pandangan masyarakat domestik, harga properti di Jakarta sudah terlalu tinggi yang terindikasi pula dari stagnannya atau kondisi pertumbuhan properti yang melambat.

Baca juga: Harga tanah dan kebutuhan lahan untuk hunian di DKI
Baca juga: Praktisi sebut banyak cara membeli rumah di usia muda

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019