Tokyo (ANTARA) - Kebakaran yang diduga disengaja terhadap satu studio animasi di Jepang, yang diduga menewaskan 30 orang dan melukai sejumlah orang lagi, akan menjadi pukulan keras terhadap industri animasi terkenal di negeri itu.

Kyoto Animation, yang berpusat di Ibu Kota Kuno Jepang, Kyoto, dikenal karena serangkaian film terkenal seperti "Sound! Euphonium". Filmnya "Free! Road to the World - The Dream" dijadwalkan diluncurkan pada bulan ini.

Tapi studi tersebut memiliki dampak sangat besar pada industri animasi di Jepang yang melampaui daftar pekerjaan yang telah diproduksinya, kata komentator film yang berpusat di Tokyo, Yuichi Maeda.

"Itu adalah salah satu perusahaan film animasi terbesar dan terbaik di Jepang, dan dengan hilangnya nyawa manusia, banyak tangan terbaik di bidang animasi di negeri ini tampaknya telah meninggal," kata Maeda, dengan suara gemetar, sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis. "Itu terlalu menyakitkan untuk diingat."

"Perusahaan tersebut memiliki kehadiran sangat besar di dalam animasi di negeri ini. Untuk menyaksikan demikian banyak orang meninggal secara bersamaan akan menjadi pukulan sangat besar buat industri animasi Jepang."

Baca juga: Sejumlah orang tewas akibat kebakaran studio animasi di Jepang

Meskipun beberapa perusahaan, seperti "Studio Ghilbi" milik Hayao Miyazaki, sangat terkenal karena kejernihan adegannya dan penggunaan warna, atau gambar terperincinya, kekuatan Kyoto Animation, yang didirikan pada 1981, membentang ke seluruh dunia.

"Mereka benar-benar tak pernah melakukan kesalahan. Animasi sangat luar biasa, kualitas ceritanya benar-benar tinggi. Secara keseluruhan, kesimbangannya mengagumkan," kata Miura.

"... Mereka memiliki sangat beragam pekerjaan, stafnya yang dicintai semua orang. Mereka tidak membuat sesuatu yang orang benci," kata Kiura. "Peristiwa ini tak bisa dibayangkan."

Baca juga: Sutradara "Inside Out" kagumi animasi Jepang
Baca juga: Pasar animasi Indonesia dilirik Jepang


Sumber: Reuters

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019