Anjani Sekar Arum: Wisatawan banyak berkunjung berkat SATU Indonesia Awards

Jakarta (Antara News) Kecintaan Anjani Sekar Arum pada batik sudah tertanam sejak remaja. Dengan meramu pengalaman dan warisan bakat dari orangtua, ia pun menciptakan motif-motif batik di kotanya, Batu, Jawa Timur. Untuk mengasah bakatnya, Anjani memutuskan masuk jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang (UNM).

Wanita kelahiran Batu, 12 April 1991 ini sempat juga belajar ilmu batik di Yogyakarta dan Solo, termasuk memahami tehnik pewarnaan.

Salah satu motif andalannya adalah motif bantengan yang kini menjadi motif khas Kota Batu.

Bantengan ini pula yang membawa namanya melambung saat menggelar Pameran Tunggal pertamanya setelah lulus kuliah.

Anjani kemudian membuat galeri bernama Andaka untuk memajang dan menjual hasil karyanya.

Namun sayang, perjalanan tak selalu manis. Berhubung kurangnya sumber daya manusia dan ditambah modal yang tak memadai, Anjani harus berhenti membuat batik. Ia memilih menjadi guru di salah satu SMP di Batu.

Di sekolah tersebut, salah satu mata pelajaran yang ia ajarkan adalah membatik. Kebetulan di Batu memang ada mata pelajaran tentang batik, terangnya kepada Antara, Kamis (12/7). Saat itu ia melihat kejadian yang luar biasa. Ternyata anak-anak muridnya mampu membuat batik yang bagus.

Saya tidak menyangka kalau hasil mereka bagus-bagus,  lanjutnya.

Melihat kemampuan yang tak biasa pada anak muridnya, semangatnya untuk membuat batik kembali menyala. Ia pun mengajak anak didiknya tersebut kursus membuat batik di galerinya. 

Sambutan mereka sungguh luar biasa, dari awalnya hanya 17 anak, kini yang belajar bisa hingga ratusan anak, lanjut Anjani.

Hasil karya anak-anak yang dinilai layak akan dijual di galeri miliknya. Selain menambah penghasilan untuk anak-anak didiknya, pengalaman ini juga sebagai bentuk aktivitas untuk mengisi waktu kosong selepas sekolah. Pasalnya, saya melihat banyak anak-anak remaja di kota saya memilih bermain gadget sepulang sekolah, lebih baik mereka memanfaatkan waktunya untuk membuat batik, ujarnya.

Tujuan lainnya, tentu saja untuk mewariskan batik khas Kota Batu kepada anak-anak didiknya. Pasalnya, Batu adalah kota wisata, banyak sekali wisatawan yang datang ke kota tersebut untuk berlibur dan membeli oleh-oleh. Bila batik ini punah, tentu akan sangat disayangkan, jelas perempuan berusia 28 tahun ini.

Anjani mengaku galeri miliknya semakin ramai dikunjungi satu tahun ke belakang, semenjak menjadi pemenang di SATU Indonesia Awards 2017. Sejak itu, banyak wisatawan datang dan membeli batik di tempat saya. Publikasi dari SATU Indonesia Awards ini sungguh luar biasa, katanya bersemangat.

Anjani menyarankan para anak muda yang mempunyai aktivitas sosial agar ikut SATU Indonesia Awards 2018 yang digelar oleh PT Astra International Tbk. Selain banyak manfaatnya, apresiasi tersebut juga menambah bekal kita di masa yang akan datang, tuturnya.

Tak hanya mendaftarkan diri sendiri, Anjani juga mengajak masyarakat ikut mendaftarkan orang-orang di sekeliling mereka yang dinilai inspiratif. Agar orang-orang inspiratif di Indonesia semakin tampak ke permukaan, tutupnya.

SATU Indonesia Awards 2018 merupakan apresiasi yang diberikan Astra bagi orang-orang inspiratif di bidang pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, kesehatan, dan teknologi.

Syarat peserta SATU Indonesia Award 2018 antara lain:
1. Mempunyai aktivitas yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar di bidang: kesehatan, pendidikan, lingkungan, wirausaha, dan teknologi.
2. Pria atau Wanita berusia maksimal 35 tahun.
3. Individu atau kelompok (minimal 3 orang).
4. Kegiatan harus orisinal.
5. Kegiatan telah berlangsung minimal 1 tahun.
6. Belum pernah menerima penghargaan nasional/internasional.
7. Bukan karyawan grup Astra.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang program SATU Indonesia Awards 2018, silakan kunjungi website www.satu-indonesia.com .

Pewarta :
Editor : PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2024