Banggai, Sulteng, (ANTARA) - PT Pertamina EP mengandalkan produksi gas dari lapangan Donggi dan Matindok sebagai penyumbang pendapatan perseroan dengan perkiraan produksi pada 2020 rata-rata 79,58 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau tertinggi dari seluruh lapangan gas yang dikelola PEP Asset 4.
"Lapangan Donggi Matindok menjadi salah satu tulang punggung penyumbang lima besar pendapatan bagi Pertamina EP," kata Direktur Operasi dan Produksi Chalid Said Salim saat kunjungan ke fasilitas produksi Matindok Field di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Selasa.
Menurut dia, sepanjang 2019 Pertamina EP Asset 4 Donggi Matindok Field menyumbang laba bersih sekitar 57 juta dolar AS. "Pertamina EP mendapat sumbangan profit dari Donggi dan Matindok hampir Rp1 triliun," kata Chalid.
Sementara total pendapatan dari penjualan gas Donggi-Matindok sepanjang 2019 mencapai 159 juta dolar AS dan tahun 2020 ini ditargetkan naik menjadi 162 juta dolar AS.
Selain gas, lapangan Donggi dan Matindok juga memproduksi kondensat yang dikirim ke kilang Cilacap di Jawa Tengah dan kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat.
Hanya saja Chalid Said Salim mengingatkan bahwa tantangan terbesar dalam produksi migas adalah menjaga penurunan (decline) produksi secara alami.
Dalam rencana kerja tahun 2020 ini, penurunan produksi yang ditoleransi maksimal 28 persen-29 persen. Di sisi lain, perseroan juga terus mengerjakan sumur-sumur pengembangan agar keandalan tingkat produksi bisa tetap terjaga.
Terkait dengan kegiatan produksi tersebut, Pertamina EP pada 2020 menganggarkan biaya operasi migas hingga 1,2 miliar dolar AS atau relatif sama dengan biaya operasi tahun 2019. "Tahun lalu realisasi sekitar 1 miliar dolar AS," kata Chalid.
General Manager PT Pertamima EP Asset 4 Agus Amperianto mengatakan pada 2020 produksi gas Asset 4 diharapkan mencapai rata-rata 162,22 MMSCFD atau naik dari 2019 sekitar 160 MMSCFD.
Dari total target tersebut, hampir separuhnya dikontribusikan dari lapangan Donggi-Matindok yaitu sebesar 79,58 MMSCFD. Berikutnya lapangan Cepu 67,37 MMSCFD, lapangan Sukowati 11,41 MMDCFD, Poleng 3,86 MMSCFD dan Papua 0,71 MMSCFD. "Donggi Matindok adalah penyumbang revenue untuk sales gas terbesar di Asset 4," kata Agus.
Untuk produksi minyak PEP Asset 4 selama 2020, diproyeksikan mencapai 16.100 BOPD. Dari jumlah itu, lapangan Donggi Matindok ditargetkan menyumbang 600 BOPD.
Target produksi minyak terbesar di Asset 4, berturut-turut adalah lapangan Sukowati 9.240 BOPD, lapangan Poleng 2.879 BOPD, lapangan Cepu 2.213 BOPD dan Papua 1.192 BOPD
Sedangkan realisasi produksi minyak sepanjang 2019 sebesar 15.833 BOPD atau naik 10, 6 persen dari produksi tahun sebelumnya sebesar 1.516 BOPD.
Menurut Agus Amperianto, kenaikan produksi minyak PEP Asset 4 didorong keberhasilan dalam mengelola lapangan unitisasi Sukowati dan eks-terminasi TAC Linda Sele di Papua. Field Sukowati dan Field Papua berhasil meningkatkan produksi masing-masing sebesar 22 persen dan 11 persen.
Adapun realisasi produksi 2019 adalah 98 persen untuk minyak dan 102 persen untuk gas dari target yang ditetapkan dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP).
"Lapangan Donggi Matindok menjadi salah satu tulang punggung penyumbang lima besar pendapatan bagi Pertamina EP," kata Direktur Operasi dan Produksi Chalid Said Salim saat kunjungan ke fasilitas produksi Matindok Field di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Selasa.
Menurut dia, sepanjang 2019 Pertamina EP Asset 4 Donggi Matindok Field menyumbang laba bersih sekitar 57 juta dolar AS. "Pertamina EP mendapat sumbangan profit dari Donggi dan Matindok hampir Rp1 triliun," kata Chalid.
Sementara total pendapatan dari penjualan gas Donggi-Matindok sepanjang 2019 mencapai 159 juta dolar AS dan tahun 2020 ini ditargetkan naik menjadi 162 juta dolar AS.
Selain gas, lapangan Donggi dan Matindok juga memproduksi kondensat yang dikirim ke kilang Cilacap di Jawa Tengah dan kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat.
Hanya saja Chalid Said Salim mengingatkan bahwa tantangan terbesar dalam produksi migas adalah menjaga penurunan (decline) produksi secara alami.
Dalam rencana kerja tahun 2020 ini, penurunan produksi yang ditoleransi maksimal 28 persen-29 persen. Di sisi lain, perseroan juga terus mengerjakan sumur-sumur pengembangan agar keandalan tingkat produksi bisa tetap terjaga.
Terkait dengan kegiatan produksi tersebut, Pertamina EP pada 2020 menganggarkan biaya operasi migas hingga 1,2 miliar dolar AS atau relatif sama dengan biaya operasi tahun 2019. "Tahun lalu realisasi sekitar 1 miliar dolar AS," kata Chalid.
General Manager PT Pertamima EP Asset 4 Agus Amperianto mengatakan pada 2020 produksi gas Asset 4 diharapkan mencapai rata-rata 162,22 MMSCFD atau naik dari 2019 sekitar 160 MMSCFD.
Dari total target tersebut, hampir separuhnya dikontribusikan dari lapangan Donggi-Matindok yaitu sebesar 79,58 MMSCFD. Berikutnya lapangan Cepu 67,37 MMSCFD, lapangan Sukowati 11,41 MMDCFD, Poleng 3,86 MMSCFD dan Papua 0,71 MMSCFD. "Donggi Matindok adalah penyumbang revenue untuk sales gas terbesar di Asset 4," kata Agus.
Untuk produksi minyak PEP Asset 4 selama 2020, diproyeksikan mencapai 16.100 BOPD. Dari jumlah itu, lapangan Donggi Matindok ditargetkan menyumbang 600 BOPD.
Target produksi minyak terbesar di Asset 4, berturut-turut adalah lapangan Sukowati 9.240 BOPD, lapangan Poleng 2.879 BOPD, lapangan Cepu 2.213 BOPD dan Papua 1.192 BOPD
Sedangkan realisasi produksi minyak sepanjang 2019 sebesar 15.833 BOPD atau naik 10, 6 persen dari produksi tahun sebelumnya sebesar 1.516 BOPD.
Menurut Agus Amperianto, kenaikan produksi minyak PEP Asset 4 didorong keberhasilan dalam mengelola lapangan unitisasi Sukowati dan eks-terminasi TAC Linda Sele di Papua. Field Sukowati dan Field Papua berhasil meningkatkan produksi masing-masing sebesar 22 persen dan 11 persen.
Adapun realisasi produksi 2019 adalah 98 persen untuk minyak dan 102 persen untuk gas dari target yang ditetapkan dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP).