Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan pembicaraan telepon dengan mitranya dari Amerika Serikat, Mike Pompeo, guna membahas beberapa isu diantaranya perkembangan situasi di Afghanistan, Palestina dan COVID-19.
Kesepakatan gencatan senjata antara pemerintah Afghanistan dan kelompok Taliban selama Hari Raya Idul Fitri disebut Retno sebagai perkembangan penting yang dapat mendorong proses dialog dan interaksi di masa depan.
“Menlu (Retno) menegaskan pentingnya kepemimpinan AS untuk mendorong perdamaian di Afghanistan,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan (BDSP) Kemlu RI Achmad Rizal Purnama dalam konferensi pers secara daring dari Jakarta, Rabu.
Dalam komunikasi dengan Pompeo, Retno juga menyampaikan pernyataan bersama menlu lima negara terkait gencatan senjata tersebut.
Indonesia, bersama Jerman, Norwegia, Uzbekistan, dan Qatar menilai langkah tersebut sangat penting guna menjamin penghentian kekerasan dan perdamaian yang bermartabat di Afghanistan.
“Kami mendorong para pihak untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut pada hari-hari dan minggu-minggu ke depan untuk segera memulai negosiasi intra-Afghanistan untuk mencapai penyelesaian damai yang berkesinambungan guna mengakhiri konflik di Afghanistan,” demikian pernyataan tersebut.
Thank you Secretary Mike Pompeo @SecPompeo ???????? for the phone call this morning (27/05). We discussed among others issues related to Afghanistan, Covid-19 cooperation and Palestine. pic.twitter.com/MTHOloXUTH
— Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI) May 27, 2020
Pemerintah Afghanistan telah mendesak Taliban untuk memperpanjang gencatan senjata yang berlaku selama tiga hari atau berakhir pada Selasa malam (26/5), kemudian mengumumkan rencana pembebasan 900 anggota kelompok pemberontak itu.
Pembebasan itu adalah bagian dari pertukaran tahanan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh Taliban dan AS di Doha, pada 29 Februari, sebagai pendahulu bagi pembicaraan damai antara militan Islam dan delegasi Afghanistan yang bertujuan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama dua dekade.
AS telah mulai menarik pasukannya sebagai bagian dari perjanjian tersebut. Menjelang kuartal kedua 2021, semua pasukan asing diperkirakan akan mundur dari Afghanistan.
Presiden Donald Trump pada Selasa (26/5) kembali menyampaikan keinginannya untuk menarik penuh militer AS dari Afghanistan, meskipun belum menetapkan target waktu.
“Tidak, saya tidak punya target. Tetapi secepatnya pada saat yang pas,” kata Trump, seperti dilaporkan Reuters.
Taliban melancarkan pemberontakan bersenjata setelah digulingkan dari kekuasaan oleh invasi pimpinan AS pada 2001.