Solo (ANTARA) - Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, saat menghadiri acara Silaturahmi Kebinekaan dan Doa Bersama langsung sungkem kepada tokoh ulama Maulana Al Habib Muhammad Luthfi di Benteng Vastenburg Solo, Senin.
Gibran yang datang dengan mengenakan kemeja warna putih dengan celana warna hitam meski sedikit terlambat, tetapi bakal calon Wali Kota Surakarta tersebut langsung diarahkan naik ke podium lebih duhulu sungkem kepada tokoh ulama Maulana Al Habib Muhammad Lutfi Bin Ali Bin Yahya.
Gibran terlihat langsung menunjukkan sikap sungkem kepada Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya saat bertemu. Habib Luthfi tampak menyambut salam dari Gibran. Bahkan, Habib Luthfi terlihat juga memberi nasihat kepada Gibran.
Menurut Gibran Rakabuming Raka dirinya anak muda harus ada tata krama terhadap beliau seorang Habib yang harus dihormati.
"Namanya anak muda harus ada ungah-ungguh, apalagi beliau ini habib," kata Gibran usai acara.
Gibran mengaku dirinya terngiang dengan sambutan Habib Luthfi yang menyinggung soal kebanggaan menggunakan produk asli buatan Indonesia. Termasuk istilah menyebut nama-nama barang dari luar negeri yang terkenal seperti Lele Bangkok, hingga Duren Bangkok. Padahal, kekayaan produk asli Indonesia tidak kalah dengan luar negeri.
"Kami terapkan saja produk lokal di Solo. Kalau di Solo harus bangga pakai batik. Saya mendaftarkan diri sebagai calon ke KPU dengan memakai kemeja lurik. Hal-hal kecil seperti itu, tetapi ada efeknya," kata Gibran.
Selain itu, Gibran dalam kesempatan tersebut mengharapkan acara Silaturahmi Kebhinekaan dan Doa Bersama dapat membawa ketenangan dan kedamaian di Kota Solo, sekaligus sebagai simbol kebangkitan melawan pandemi COVID-19.
"Saya berharap semoga Indonesia, terutama di Solo tetap adem ayem, juga jadi momen kebangkitan melawan pandemi COVID-19," tegas Gibran.
Pada acara tersebut selain Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, juga hadir Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kepala Polda Jawa Tengah Irjen Pol. Ahmad Luthfi, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari, Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo, sejumlah bupati di Soloraya, dan tokoh masyarakat/agama.
Gibran yang datang dengan mengenakan kemeja warna putih dengan celana warna hitam meski sedikit terlambat, tetapi bakal calon Wali Kota Surakarta tersebut langsung diarahkan naik ke podium lebih duhulu sungkem kepada tokoh ulama Maulana Al Habib Muhammad Lutfi Bin Ali Bin Yahya.
Gibran terlihat langsung menunjukkan sikap sungkem kepada Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya saat bertemu. Habib Luthfi tampak menyambut salam dari Gibran. Bahkan, Habib Luthfi terlihat juga memberi nasihat kepada Gibran.
Menurut Gibran Rakabuming Raka dirinya anak muda harus ada tata krama terhadap beliau seorang Habib yang harus dihormati.
"Namanya anak muda harus ada ungah-ungguh, apalagi beliau ini habib," kata Gibran usai acara.
Gibran mengaku dirinya terngiang dengan sambutan Habib Luthfi yang menyinggung soal kebanggaan menggunakan produk asli buatan Indonesia. Termasuk istilah menyebut nama-nama barang dari luar negeri yang terkenal seperti Lele Bangkok, hingga Duren Bangkok. Padahal, kekayaan produk asli Indonesia tidak kalah dengan luar negeri.
"Kami terapkan saja produk lokal di Solo. Kalau di Solo harus bangga pakai batik. Saya mendaftarkan diri sebagai calon ke KPU dengan memakai kemeja lurik. Hal-hal kecil seperti itu, tetapi ada efeknya," kata Gibran.
Selain itu, Gibran dalam kesempatan tersebut mengharapkan acara Silaturahmi Kebhinekaan dan Doa Bersama dapat membawa ketenangan dan kedamaian di Kota Solo, sekaligus sebagai simbol kebangkitan melawan pandemi COVID-19.
"Saya berharap semoga Indonesia, terutama di Solo tetap adem ayem, juga jadi momen kebangkitan melawan pandemi COVID-19," tegas Gibran.
Pada acara tersebut selain Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, juga hadir Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kepala Polda Jawa Tengah Irjen Pol. Ahmad Luthfi, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari, Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo, sejumlah bupati di Soloraya, dan tokoh masyarakat/agama.