Palu,  (antarasulteng.com) - Aparat kepolisian membubarkan demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berujung ricuh di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Palu, Rabu.

Pada unjuk rasa yang dilakukan puluhan mahasiswa itu sempat terjadi penyanderaan truk tangki pengangkut BBM yang sedang melintas di Jalan Pangeran Dipponegoro.

Truk tersebut dipaksa untuk tidak mengisi BBM di SPBU.

Polisi kemudian membubarkan aksi tersebut karena dinilai mengganggu aktivitas pelayanan masyarakat di SPBU.

Warga yang hendak membeli bahan bakar tersebut juga sempat mengurungkan niatnya ketika melihat puluhan orang melakukan aksi, bahkan sempat terjadi ketegangan berupa saling dorong antara aparat dan puluhan mahasiswa ketika aksi itu hendak dibubarkan.

Aksi yang berlangsung sekitar satu jam itu bermula dari kampus IAIN Palu di Jalan Pangeran Dipponegoro yang berada tidak jauh dari SPBU.

Sebelum aksi, mahasiswa sempat membakar ban bekas di depan kampus untuk mengumpulkan massa.

Beberapa waktu sebelumnya, seribuan mahasiswa juga melakukan unjuk rasa di depan gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tengah untuk menolak kenaikan harga BBM.

Menurut Haris, salah satu aktivis mahasiswa Universitas Tadulako Palu, kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut memicu kenaikan harga komoditas lainnya.

"Mana keberpihakan pemerintah Jokowi kepada rakyat kecil," katanya.

Dia mengatakan mahasiswa akan terus mengkritik kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada rakyat kecil.

Pemerintah sendiri terpaksa menaikkan harga BBM untuk menghemat anggaran negara sekitar Rp100 triliun, dan mengalihkan subsidi ke sektor produktif untuk menyejahterakan masyarakat. (skd) 

Pewarta : Riski Maruto
Editor : Santoso
Copyright © ANTARA 2024