Jakarta (ANTARA) - Gesit dalam beradaptasi menjadi cara industri kosmetik dalam bertahan di tengah pandemi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan I 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang meliputi sektor kosmetik tumbuh hingga 5,59 persen.
Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO) Bryan Tilaar mengatakan, perubahan gaya hidup dari masyarakat yang kini memprioritaskan kesehatan membuat perusahaannya juga segera beradaptasi. Bryan mengungkapkan, ada berbagai rencana yang disiapkan Martha Tilaar Group untuk melewati tahun 2021 yang masih serba tidak pasti akibat pandemi COVID-19.
"Di Martha Tilaar Group, kami banyak melakukan efisiensi, perbaikan-perbaikan cash flow, protokol kesehatan kuat, digitalisasi, perbaikan pembenahan supply chain, konsolidasi di dalam, perbesar contract manufacturing kita di non tata rias karena permintaan klien juga besar di non tata rias," kata Bryan.
Dibandingkan produk tata rias, produk seperti perawatan kulit, tubuh, rambut serta produk sanitizer dan produk yang membantu peningkatan imunitas kesehatan lebih diminati saat ini. Maka perusahaan kosmetik itu juga beradaptasi menghadirkan produk yang meningkatkan imunitas pada akhir 2020, hingga produk yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari di tengah kenormalan baru seperti hand sanitizer.
Menurut Paragon Group Head Consumer Market Insight, pandemi membuat kebiasaan masyarakat berubah yang mau tak mau juga mempengaruhi kondisi bisnis perusahaan kosmetik yang menaungi jenama seperti Wardah, Make Over, Emina dan Kahf.
Pada awal pandemi, ada penurunan penjualan yang langsung dihadapi dengan melakukan inovasi serta adaptasi sehingga penjualan semakin membaik. Menurut Paragon, tantangan yang dihadapi adalah perubahan kebiasaan konsumen yang turut mempengaruhi keputusan berbelanja kosmetik dan personal care.
"Dengan adanya berbagai perubahan ini, strategi Paragon adalah dengan selalu berusaha relevan dengan kebutuhan konsumen, sehingga dapat bertemu dengan konsumen dengan cara dan pada kanal yang tepat."
Perusahaan tersebut meyakini konsumen juga sudah beralih ke arah daring sehingga strategi penjualan lewat kanal daring semakin gencar. Paragon mengatakan, tahun ini mereka akan berinovasi menciptakan produk-produk yang relevan terhadap kebutuhan konsumen.
"Masa pandemi tidak hanya membuat masyarakat menjadi lebih concern terhadap hygiene product tetapi juga pada produk-produk yang memberikan excitement dan refreshment kepada konsumen, seperti skincare dan personal care."
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melansir industri kosmetik yang merupakan bagian dari industri bahan kimia dan barang dari kimia, tumbuh 4,67 persen pada 2020, dipicu meningkatnya produksi sabun, karena kebutuhan masyarakat untuk mencuci tangan naik di masa pandemi COVID-19.
“Mencuci tangan sebagai bagian dari protokol kesehatan yang harus dijalankan masyarakat di masa pandemi, memicu pertumbuhan industri kosmetik sebesar 4,67 persen, yang masuk dalam subsektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang peningkatannya sendiri mencapai 10,2 persen,” kata Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Muhammad Taufiq.
Taufiq mengatakan, pertumbuhan industri kosmetik di masa pandemi juga dipengaruhi oleh kesigapan industri kosmetik dalam memanfaatkan peluang dengan menambah lini produk penyanitasi tangan sebagai salah satu penunjang pengurangan penyebaran COVID-19.
Digitalisasi
Minat konsumen terhadap produk-produk kecantikan dan perawatan kulit selama pandemi juga terlihat di e-commerce. AVP of Category Development for FMCG & Long Tail Categories Tokopedia, Jessica Stephanie Jap memaparkan, pada akhir 2020 tercatat peningkatan transaksi pada kategori Kecantikan mencapai hampir dua kali lipat. Sementara itu, transaksi pada kategori Health & Personal Care seperti sabun dan sampo naik hampir tiga kali lipat.
Bryan Tilaar mengatakan, belanja daring tumbuh luar biasa selama pandemi dan jelas sangat membantu penjualan. Martha Tilaar Group mencatat performa memuaskan untuk bisnis daring.
"Di tahun 2020, volume value growth-nya bertumbuh di atas 30 persen dibanding 2019," ujar Bryan.
Di Paragon, bisnis e-commerce tahun 2020 juga disebut tumbuh secara impresif dengan omset keseluruhan brand lewat kanal e-commerce menyentuh tiga digit. Bisnis lewat kanal e-commerce, kata Paragon, berkontribusi besar terhadap total bisnis di perusahaan itu tahun lalu. Peningkatan bisnis secara daring adalah dampak dari pandemi yang membuat masyarakat berbelanja secara daring agar tidak usah bepergian ke luar rumah.
"Perubahan consumer behaviour ini mengakibatkan adanya pola-pola yang menunjukkan adanya channel shifting dari masyarakat dalam berbelanja kosmetik dan personal care."
Untuk ke depannya, kedua perusahaan menyebut penjualan daring dan luring sama-sama penting. Bryan mencontohkan perusahaan Amazon Group yang bergerak dalam ritel digital sejak lama, tapi tetap membuka toko-toko buku fisik di kota besar di Amerika Serikat. Padahal, masyarakat di AS dinilai lebih maju soal digitalisasi.
"Saya lihat namanya manusia ya pada akhirnya akan mengalami kejenuhan secanggih apapun teknologi karena tidak mungkin kan selama 24 jam hanya duduk saja di depan semua peralatan elektronik canggih," kata Bryan.
Sementara Paragon menyatakan penjualan di kanal luring juga menunjukkan pertumbuhan baik karena masih banyak konsumen yang memilih berbelanja langsung di minimarket hingga toko kosmetik.
Bergesernya cara belanja dari luring menjadi daring menciptakan tantangan tersendiri untuk konsumen. Saat berbelanja kosmetik, konsumen biasanya dapat memastikan kecocokan produk dengan mencobanya langsung lewat sampel yang tersedia di toko. Praktik itu kini tidak disarankan demi mengurangi risiko penularan virus corona.
Pegiat kecantikan Affi Assegaf menyarankan setiap individu untuk benar-benar mengenali kondisi kulit masing-masing sebelum membeli secara daring untuk memperkecil risiko produk tidak cocok.
"Tantangan sekarang itu bagaimana memilih tanpa mencoba langsung, juga bacalah ulasan-ulasan, meski tidak jamin 100 persen akurat itu sangat membantu," saran Affi.
Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO) Bryan Tilaar mengatakan, perubahan gaya hidup dari masyarakat yang kini memprioritaskan kesehatan membuat perusahaannya juga segera beradaptasi. Bryan mengungkapkan, ada berbagai rencana yang disiapkan Martha Tilaar Group untuk melewati tahun 2021 yang masih serba tidak pasti akibat pandemi COVID-19.
"Di Martha Tilaar Group, kami banyak melakukan efisiensi, perbaikan-perbaikan cash flow, protokol kesehatan kuat, digitalisasi, perbaikan pembenahan supply chain, konsolidasi di dalam, perbesar contract manufacturing kita di non tata rias karena permintaan klien juga besar di non tata rias," kata Bryan.
Dibandingkan produk tata rias, produk seperti perawatan kulit, tubuh, rambut serta produk sanitizer dan produk yang membantu peningkatan imunitas kesehatan lebih diminati saat ini. Maka perusahaan kosmetik itu juga beradaptasi menghadirkan produk yang meningkatkan imunitas pada akhir 2020, hingga produk yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari di tengah kenormalan baru seperti hand sanitizer.
Menurut Paragon Group Head Consumer Market Insight, pandemi membuat kebiasaan masyarakat berubah yang mau tak mau juga mempengaruhi kondisi bisnis perusahaan kosmetik yang menaungi jenama seperti Wardah, Make Over, Emina dan Kahf.
Pada awal pandemi, ada penurunan penjualan yang langsung dihadapi dengan melakukan inovasi serta adaptasi sehingga penjualan semakin membaik. Menurut Paragon, tantangan yang dihadapi adalah perubahan kebiasaan konsumen yang turut mempengaruhi keputusan berbelanja kosmetik dan personal care.
"Dengan adanya berbagai perubahan ini, strategi Paragon adalah dengan selalu berusaha relevan dengan kebutuhan konsumen, sehingga dapat bertemu dengan konsumen dengan cara dan pada kanal yang tepat."
Perusahaan tersebut meyakini konsumen juga sudah beralih ke arah daring sehingga strategi penjualan lewat kanal daring semakin gencar. Paragon mengatakan, tahun ini mereka akan berinovasi menciptakan produk-produk yang relevan terhadap kebutuhan konsumen.
"Masa pandemi tidak hanya membuat masyarakat menjadi lebih concern terhadap hygiene product tetapi juga pada produk-produk yang memberikan excitement dan refreshment kepada konsumen, seperti skincare dan personal care."
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melansir industri kosmetik yang merupakan bagian dari industri bahan kimia dan barang dari kimia, tumbuh 4,67 persen pada 2020, dipicu meningkatnya produksi sabun, karena kebutuhan masyarakat untuk mencuci tangan naik di masa pandemi COVID-19.
“Mencuci tangan sebagai bagian dari protokol kesehatan yang harus dijalankan masyarakat di masa pandemi, memicu pertumbuhan industri kosmetik sebesar 4,67 persen, yang masuk dalam subsektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang peningkatannya sendiri mencapai 10,2 persen,” kata Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Muhammad Taufiq.
Taufiq mengatakan, pertumbuhan industri kosmetik di masa pandemi juga dipengaruhi oleh kesigapan industri kosmetik dalam memanfaatkan peluang dengan menambah lini produk penyanitasi tangan sebagai salah satu penunjang pengurangan penyebaran COVID-19.
Digitalisasi
Minat konsumen terhadap produk-produk kecantikan dan perawatan kulit selama pandemi juga terlihat di e-commerce. AVP of Category Development for FMCG & Long Tail Categories Tokopedia, Jessica Stephanie Jap memaparkan, pada akhir 2020 tercatat peningkatan transaksi pada kategori Kecantikan mencapai hampir dua kali lipat. Sementara itu, transaksi pada kategori Health & Personal Care seperti sabun dan sampo naik hampir tiga kali lipat.
Bryan Tilaar mengatakan, belanja daring tumbuh luar biasa selama pandemi dan jelas sangat membantu penjualan. Martha Tilaar Group mencatat performa memuaskan untuk bisnis daring.
"Di tahun 2020, volume value growth-nya bertumbuh di atas 30 persen dibanding 2019," ujar Bryan.
Di Paragon, bisnis e-commerce tahun 2020 juga disebut tumbuh secara impresif dengan omset keseluruhan brand lewat kanal e-commerce menyentuh tiga digit. Bisnis lewat kanal e-commerce, kata Paragon, berkontribusi besar terhadap total bisnis di perusahaan itu tahun lalu. Peningkatan bisnis secara daring adalah dampak dari pandemi yang membuat masyarakat berbelanja secara daring agar tidak usah bepergian ke luar rumah.
"Perubahan consumer behaviour ini mengakibatkan adanya pola-pola yang menunjukkan adanya channel shifting dari masyarakat dalam berbelanja kosmetik dan personal care."
Untuk ke depannya, kedua perusahaan menyebut penjualan daring dan luring sama-sama penting. Bryan mencontohkan perusahaan Amazon Group yang bergerak dalam ritel digital sejak lama, tapi tetap membuka toko-toko buku fisik di kota besar di Amerika Serikat. Padahal, masyarakat di AS dinilai lebih maju soal digitalisasi.
"Saya lihat namanya manusia ya pada akhirnya akan mengalami kejenuhan secanggih apapun teknologi karena tidak mungkin kan selama 24 jam hanya duduk saja di depan semua peralatan elektronik canggih," kata Bryan.
Sementara Paragon menyatakan penjualan di kanal luring juga menunjukkan pertumbuhan baik karena masih banyak konsumen yang memilih berbelanja langsung di minimarket hingga toko kosmetik.
Bergesernya cara belanja dari luring menjadi daring menciptakan tantangan tersendiri untuk konsumen. Saat berbelanja kosmetik, konsumen biasanya dapat memastikan kecocokan produk dengan mencobanya langsung lewat sampel yang tersedia di toko. Praktik itu kini tidak disarankan demi mengurangi risiko penularan virus corona.
Pegiat kecantikan Affi Assegaf menyarankan setiap individu untuk benar-benar mengenali kondisi kulit masing-masing sebelum membeli secara daring untuk memperkecil risiko produk tidak cocok.
"Tantangan sekarang itu bagaimana memilih tanpa mencoba langsung, juga bacalah ulasan-ulasan, meski tidak jamin 100 persen akurat itu sangat membantu," saran Affi.