Jakarta (ANTARA) - Persija menurunkan artikel berjudul mencolok di laman resminya pada Selasa (23/3), setelah mereka ditaklukkan PSM Makassar 0-2 pada laga perdana Grup B Piala Menpora 2021 sehari sebelumnya.
'PRESIDEN KLUB PERSIJA JAKARTA MARAH BESAR', begitu judul artikel yang berisi tumpahan keluh kesah, kekecewaan sang pemimpin tertinggi klub, Mohamad Prapanca, melihat performa pemainnya ketika dikandaskan 'Juku Eja'.
"Tim tampil tanpa determinasi. Saya tidak habis pikir, mereka seperti tidak ingin menang," ujar Prapanca.
Oleh karena itu, demi menenangkan sang Presiden, mau tak mau Persija harus mencuri tiga poin dari laga kontra Borneo FC di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (27/3) mulai pukul 18.15 WIB.
Dari laga kontra PSM, ada dua poin besar yang dapat dikatakan sebagai faktor penyebab kekalahan skuad Macan Kemayoran yaitu, pertama, kurangnya gelandang dengan kreativitas tinggi dan, kedua, kesalahan individu.
Terkait poin pertama, sepertinya kepergian Evan Dimas meninggalkan lubang besar di lini tengah Persija. Strategi PSM yang menekan sejak garis pertahanan Persija membuat barisan gelandang yang dikomando Marc Klok seperti bingung bagaimana harus membangun serangan.
Akibatnya, aliran bola mudah terputus. Sentral permainan Persija nyaris tidak terlihat. Pemain-pemain di sisi sayap yaitu Riko Simanjuntak dan Osvaldo Haay pun seperti terisolasi dan sulit mendapatkan bola yang akan ditujukan ke penyerang haus gol, Marko Simic.
Andai pemain kreatif seperti Evan Dimas masih ada di skuad, dialah yang dapat mencarikan jalan keluar dalam situasi tertekan sembari mengatur tempo permainan.
Kekosongan tersebut membuat gelandang-gelandang bahkan penyerang PSM leluasa menutup pergerakan anak-anak asuh pelatih Sudirman.
Kedua, tentang kesalahan individu. Soal ini terlihat jelas ketika PSM melesakkan gol kedua, di mana Yakob Sayuri mampu memanfaatkan kelengahan bek tengah anyar Persija Yan Motta, mencuri bola dan membuat gol.
Yan Motta, yang berasal dari Brazil, dinilai pelatih Sudirman masih kesulitan dalam berkomunikasi dengan rekan-rekannya. Sebelum gol kedua PSM terjadi, bek berusia 21 tahun itu disebut tak mengerti teriakan dari kawan-kawannya di lapangan sehingga tak awas saat Yakob berlari dari belakang, mencuri bola lalu mengonversinya menjadi gol.
Persija mesti menemukan jalan keluar untuk dua persoalan di atas. Perkara hilangnya sosok seperti Evan Dimas, Sudirman wajib mencari terobosan, apakah itu menugaskan seorang pemain untuk menempati posisi itu atau mengganti strategi, misalnya seperti bermain melebar dan menghindari pertempuran gelandang di tengah.
Hal itu penting karena, di Piala Menpora, Borneo FC sudah memperlihatkan diri sebagai tim yang sulit dijinakkan. Pada laga perdana Grup B, Borneo FC 'cuma' kalah 0-1 dari Bhayangkara yang mereka buat kesulitan sepanjang laga.
Juru taktik Borneo Roberto Gomez bisa saja meniru taktik PSM untuk menundukkan Persija. Artinya, Persija harus siap dengan semua kemungkinan.
Pelatih Persija, Sudirman, selayaknya memperkaya skuadnya dengan beragam strategi yang bisa diterapkan saat bertanding. Bertumpu hanya pada satu taktik berpotensi menyingkirkan Persija dari Piala Menpora lebih cepat.
Sudirman pun sudah saatnya memunculkan jawaban untuk kesalahan individu pemain. Yan Motta sepertinya perlu mendapatkan banyak bimbingan dari para pemain senior Persija agar mudah beradaptasi di skuad. Di sini, bek tengah senior Otavio Dutra bisa menjadi kunci karena dirinya juga berasal dari Brazil dan berstatus WNI sejak tahun 2019.
Intinya, bagi Persija, pertandingan melawan Borneo FC harus dimenangkan. Kalau kalah, Andritany Ardhiyasa dan kawan-kawan berpotensi mengucapkan selamat tinggal Piala Menpora 2021.
Sebagai salah satu klub terbesar di Indonesia dan juara Liga 1 Indonesia 2018, tentu saja Persija tidak mau itu terjadi.
Ditambah lagi, materi pemain Persija juga tidak main-main, sudah diperkuat tiga pemain asing, plus dua pesepak bola naturalisasi. Wajar jika menjadi tim di peringkat terbawah klasemen sementara Grup B terasa sangat meresahkan.
Namun, Borneo FC pasti tidak akan memberikan kemenangan begitu saja kepada Persija. Pertandingan diprediksi berjalan ketat karena kedua tim ingin melaju ke babak delapan besar.
'PRESIDEN KLUB PERSIJA JAKARTA MARAH BESAR', begitu judul artikel yang berisi tumpahan keluh kesah, kekecewaan sang pemimpin tertinggi klub, Mohamad Prapanca, melihat performa pemainnya ketika dikandaskan 'Juku Eja'.
"Tim tampil tanpa determinasi. Saya tidak habis pikir, mereka seperti tidak ingin menang," ujar Prapanca.
Oleh karena itu, demi menenangkan sang Presiden, mau tak mau Persija harus mencuri tiga poin dari laga kontra Borneo FC di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (27/3) mulai pukul 18.15 WIB.
Dari laga kontra PSM, ada dua poin besar yang dapat dikatakan sebagai faktor penyebab kekalahan skuad Macan Kemayoran yaitu, pertama, kurangnya gelandang dengan kreativitas tinggi dan, kedua, kesalahan individu.
Terkait poin pertama, sepertinya kepergian Evan Dimas meninggalkan lubang besar di lini tengah Persija. Strategi PSM yang menekan sejak garis pertahanan Persija membuat barisan gelandang yang dikomando Marc Klok seperti bingung bagaimana harus membangun serangan.
Akibatnya, aliran bola mudah terputus. Sentral permainan Persija nyaris tidak terlihat. Pemain-pemain di sisi sayap yaitu Riko Simanjuntak dan Osvaldo Haay pun seperti terisolasi dan sulit mendapatkan bola yang akan ditujukan ke penyerang haus gol, Marko Simic.
Andai pemain kreatif seperti Evan Dimas masih ada di skuad, dialah yang dapat mencarikan jalan keluar dalam situasi tertekan sembari mengatur tempo permainan.
Kekosongan tersebut membuat gelandang-gelandang bahkan penyerang PSM leluasa menutup pergerakan anak-anak asuh pelatih Sudirman.
Kedua, tentang kesalahan individu. Soal ini terlihat jelas ketika PSM melesakkan gol kedua, di mana Yakob Sayuri mampu memanfaatkan kelengahan bek tengah anyar Persija Yan Motta, mencuri bola dan membuat gol.
Yan Motta, yang berasal dari Brazil, dinilai pelatih Sudirman masih kesulitan dalam berkomunikasi dengan rekan-rekannya. Sebelum gol kedua PSM terjadi, bek berusia 21 tahun itu disebut tak mengerti teriakan dari kawan-kawannya di lapangan sehingga tak awas saat Yakob berlari dari belakang, mencuri bola lalu mengonversinya menjadi gol.
Persija mesti menemukan jalan keluar untuk dua persoalan di atas. Perkara hilangnya sosok seperti Evan Dimas, Sudirman wajib mencari terobosan, apakah itu menugaskan seorang pemain untuk menempati posisi itu atau mengganti strategi, misalnya seperti bermain melebar dan menghindari pertempuran gelandang di tengah.
Hal itu penting karena, di Piala Menpora, Borneo FC sudah memperlihatkan diri sebagai tim yang sulit dijinakkan. Pada laga perdana Grup B, Borneo FC 'cuma' kalah 0-1 dari Bhayangkara yang mereka buat kesulitan sepanjang laga.
Juru taktik Borneo Roberto Gomez bisa saja meniru taktik PSM untuk menundukkan Persija. Artinya, Persija harus siap dengan semua kemungkinan.
Pelatih Persija, Sudirman, selayaknya memperkaya skuadnya dengan beragam strategi yang bisa diterapkan saat bertanding. Bertumpu hanya pada satu taktik berpotensi menyingkirkan Persija dari Piala Menpora lebih cepat.
Sudirman pun sudah saatnya memunculkan jawaban untuk kesalahan individu pemain. Yan Motta sepertinya perlu mendapatkan banyak bimbingan dari para pemain senior Persija agar mudah beradaptasi di skuad. Di sini, bek tengah senior Otavio Dutra bisa menjadi kunci karena dirinya juga berasal dari Brazil dan berstatus WNI sejak tahun 2019.
Intinya, bagi Persija, pertandingan melawan Borneo FC harus dimenangkan. Kalau kalah, Andritany Ardhiyasa dan kawan-kawan berpotensi mengucapkan selamat tinggal Piala Menpora 2021.
Sebagai salah satu klub terbesar di Indonesia dan juara Liga 1 Indonesia 2018, tentu saja Persija tidak mau itu terjadi.
Ditambah lagi, materi pemain Persija juga tidak main-main, sudah diperkuat tiga pemain asing, plus dua pesepak bola naturalisasi. Wajar jika menjadi tim di peringkat terbawah klasemen sementara Grup B terasa sangat meresahkan.
Namun, Borneo FC pasti tidak akan memberikan kemenangan begitu saja kepada Persija. Pertandingan diprediksi berjalan ketat karena kedua tim ingin melaju ke babak delapan besar.