Jakarta (ANTARA) - Dua aktris pemenang piala Oscar Emma Stone dan Emma Thompson membagi cerita dan kesan mereka saat beradu akting serta mengenakan berbagai busana ikonis di film "Cruella" dari Disney yang akan tayang di bioskop Indonesia pada 26 Mei mendatang.
Emma Stone mengaku ada momen-momen di mana ia merasa kurang nyaman mengenakan beberapa kostum. "Ya, itu cukup menantang. Ada momen di mana aku kesulitan untuk buang air kecil (karena mengenakan kostum). Terlebih, aku juga mengenakan wig dan sepatu-sepatu tinggi, dan juga beradu peran dengan anjing-anjing," ungkap Stone dalam konferensi pers daring, ditulis pada Jumat.
Lebih lanjut, pemeran Estella/Cruella itu menambahkan, dirinya memiliki satu kostum favorit di film tersebut. "Di film, ada aku mengenakan gaun dan aku muncul dari sebuah truk sampah. Aku pikir itu sangat keren, dan gaun itu adalah salah satu favoritku. Maksudku, mana mungkin aku bisa mengenakan itu dan muncul dari sebuah truk di kehidupan nyata?" kenang Stone sembari tertawa.
Menambahkan, Emma Thompson yang memerankan desainer kondang nan angkuh The Baroness, mengaku menikmati segala proses produksi, termasuk saat harus berganti setidaknya 33 tampilan untuk Baroness, menurut desainer kostum Jenny Beavan.
"Aku menjalani masa-masa terbaik. Setiap kali Em (Emma Stone) dan aku tiba di lokasi, kami saling melihat penampilan dan mengitari satu sama lain seakan kami adalah semacam karya seni, tapi, ya, kami memang karya seni," kata Thompson.
"Cruella" (2021). (ANTARA/Walt Disney Studios)
Lebih lanjut, wanita kelahiran London, 62 tahun silam itu juga senang bisa kembali ke tahun 1970-an, latar di mana "Cruella" diceritakan.
"Rasanya seperti aku kembali ke masa remaja. Aku lahir di tahun 1959. Buatku, ini rasanya tidak nyata; bisa kembali ke jalanan di London di tahun 1970-an, mengenakan baju-baju dengan styling-nya di era itu... Itu sangat menyentuh. Rasanya sama seperti dulu, seperti aku menjadi gadis remaja yang berkeliling London lagi," ujarnya.
Tantangan berakting
Ketika disinggung mengenai tantangan saat beradu peran, terlebih keduanya merupakan tokoh antagonis yang begitu jahat, baik Stone maupun Thompson memiliki versinya masing-masing.
Stone mengaku dirinya terkejut karena Disney mau mengangkat kisah Cruella yang kelam ini ke bentuk layar lebar, walaupun tak seintens film-film dengan rating R pada umumnya. Menurutnya, Estella/Cruella memiliki cerita yang patut dieksplor lebih dalam.
"Estella adalah gadis yang manis, namun tidak terlalu yakin dengan dirinya. Sementara Cruella, adalah dirinya yang sudah menerima siapa ia sepenuhnya. Aku sangat tertarik menyusuri dunia Cruella," kata Stone.
"Dan menurutku, ini adalah film tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki seseorang; nature versus nurture. Bagaimana ia menemukan kelemahannya dan bangkit lewat bakat dan kreativitasnya," imbuhnya.
Bagi Thompson, ia merasa memerankan The Baroness yang begitu angkuh cukup menyenangkan. "Dia memiliki pemikiran tunggal. Dia karakter yang sulit, namun juga mengagumkan di satu sisi. Dan tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain berpura-pura menjadi tokoh yang begitu kejam!" kata dia.
"Tokoh seperti dia ini sangat jarang, terlebih aku dikelilingi oleh orang-orang yang begitu baik. Dia (Baroness) rela menjegal orang lain agar tidak sukses. Dia memiliki kepribadian yang kuat namun juga lemah. Dia tidak bisa menghargai talenta orang lain," imbuhnya.
Emma Stone mengaku ada momen-momen di mana ia merasa kurang nyaman mengenakan beberapa kostum. "Ya, itu cukup menantang. Ada momen di mana aku kesulitan untuk buang air kecil (karena mengenakan kostum). Terlebih, aku juga mengenakan wig dan sepatu-sepatu tinggi, dan juga beradu peran dengan anjing-anjing," ungkap Stone dalam konferensi pers daring, ditulis pada Jumat.
Lebih lanjut, pemeran Estella/Cruella itu menambahkan, dirinya memiliki satu kostum favorit di film tersebut. "Di film, ada aku mengenakan gaun dan aku muncul dari sebuah truk sampah. Aku pikir itu sangat keren, dan gaun itu adalah salah satu favoritku. Maksudku, mana mungkin aku bisa mengenakan itu dan muncul dari sebuah truk di kehidupan nyata?" kenang Stone sembari tertawa.
Menambahkan, Emma Thompson yang memerankan desainer kondang nan angkuh The Baroness, mengaku menikmati segala proses produksi, termasuk saat harus berganti setidaknya 33 tampilan untuk Baroness, menurut desainer kostum Jenny Beavan.
"Aku menjalani masa-masa terbaik. Setiap kali Em (Emma Stone) dan aku tiba di lokasi, kami saling melihat penampilan dan mengitari satu sama lain seakan kami adalah semacam karya seni, tapi, ya, kami memang karya seni," kata Thompson.
Lebih lanjut, wanita kelahiran London, 62 tahun silam itu juga senang bisa kembali ke tahun 1970-an, latar di mana "Cruella" diceritakan.
"Rasanya seperti aku kembali ke masa remaja. Aku lahir di tahun 1959. Buatku, ini rasanya tidak nyata; bisa kembali ke jalanan di London di tahun 1970-an, mengenakan baju-baju dengan styling-nya di era itu... Itu sangat menyentuh. Rasanya sama seperti dulu, seperti aku menjadi gadis remaja yang berkeliling London lagi," ujarnya.
Tantangan berakting
Ketika disinggung mengenai tantangan saat beradu peran, terlebih keduanya merupakan tokoh antagonis yang begitu jahat, baik Stone maupun Thompson memiliki versinya masing-masing.
Stone mengaku dirinya terkejut karena Disney mau mengangkat kisah Cruella yang kelam ini ke bentuk layar lebar, walaupun tak seintens film-film dengan rating R pada umumnya. Menurutnya, Estella/Cruella memiliki cerita yang patut dieksplor lebih dalam.
"Estella adalah gadis yang manis, namun tidak terlalu yakin dengan dirinya. Sementara Cruella, adalah dirinya yang sudah menerima siapa ia sepenuhnya. Aku sangat tertarik menyusuri dunia Cruella," kata Stone.
"Dan menurutku, ini adalah film tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki seseorang; nature versus nurture. Bagaimana ia menemukan kelemahannya dan bangkit lewat bakat dan kreativitasnya," imbuhnya.
Bagi Thompson, ia merasa memerankan The Baroness yang begitu angkuh cukup menyenangkan. "Dia memiliki pemikiran tunggal. Dia karakter yang sulit, namun juga mengagumkan di satu sisi. Dan tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain berpura-pura menjadi tokoh yang begitu kejam!" kata dia.
"Tokoh seperti dia ini sangat jarang, terlebih aku dikelilingi oleh orang-orang yang begitu baik. Dia (Baroness) rela menjegal orang lain agar tidak sukses. Dia memiliki kepribadian yang kuat namun juga lemah. Dia tidak bisa menghargai talenta orang lain," imbuhnya.