Jakarta (ANTARA) - Duta Besar RI di Brussels Andri Hadi berkunjung ke kantor pusat perusahaan peralatan medis asal Luksemburg, B Medical Systems, dan mengajak perusahaan tersebut untuk membangun pabrik di Indonesia.
Dubes Andri Hadi bertemu dengan CEO B Medical Systems (BMS) Luc Provost di kantor pusat perusahaan tersebut di Parc Hosingen, Luksemburg dalam upaya meningkatkan diplomasi ekonomi dan kerja sama farmasi antara kedua negara.
Kunjungan itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan virtual antara Menlu RI dengan Menlu Luksemburg pada Maret 2021 yang menyepakati kedua negara untuk terus meningkatkan kemitraan yang saling menguntungkan di berbagai bidang, termasuk kesehatan.
Dubes Andri Hadi mendorong agar dalam waktu dekat BMS dapat memperluas investasinya di Indonesia dengan membangun pabrik, demikian disampaikan dalam keterangan KBRI Brussels yang diterima di Jakarta, Jumat.
"Selain mendatangkan investasi, pembangunan pabrik BMS di Indonesia juga akan menghadirkan berbagai dampak positif seperti bertambahnya lapangan pekerjaan," ujarnya.
Dengan BMS membuka pabrik di Indonesia, menurut dia, Indonesia dapat diuntungkan dengan kerja sama alih teknologi tinggi dalam produksi mesin pendingin medis, peningkatan citra positif Indonesia dalam produksi peralatan kesehatan di tingkat global, serta potensi penyerapan bahan baku/komponen lokal hingga lebih dari 50 persen untuk produksi mesin pendingin medis.
Dalam pertemuan tersebut, CEO BMS Luc Provost menyampaikan bahwa perusahaan tersebut telah ikut serta dalam upaya penanganan wabah pandemi COVID-19 di Indonesia, khususnya dalam mendukung aspek logistik dan distribusi vaksin yang aman kepada masyarakat.
"Bahkan sebelum merebaknya wabah COVID-19, kami juga telah hadir untuk Indonesia," katanya.
Saat bencana gempa bumi di Palu pada 2018, BMS memberikan donasi serta mendistribusikan peralatan medis bagi korban. Sebelumnya, BMS pada 2006 juga memberikan bantuan peralatan medis bagi Indonesia sebanyak 1.155 unit.
BMS saat ini sedang menjajaki potensi untuk membangun jalur perakitan (assembly line) di Indonesia dengan harapan dapat terwujud pada akhir 2021. Melalui rencana tersebut, Indonesia akan menjadi salah satu bagian penting dari alur produksi dan distribusi rantai dingin vaksin serta mesin pendingin medis secara global.
Untuk ekspansi bisnisnya tersebut, BMS menggandeng perusahaan Indonesia PT. EMS Indoappliances (EMSI). Selama 7 tahun terakhir, EMSI dipercaya mengelola sekitar 100.000 produk BMS di Indonesia.
Aktivitas ekonomi utama BMS adalah produksi mesin pendingin berteknologi tinggi untuk penyimpanan berbagai produk medis, seperti vaksin, plasma darah dan spesimen uji klinis yang sensitif terhadap temperatur udara.
BMS juga bergerak di sektor logistik yang terkait erat dengan produk medis yang mencakup transportasi, pemrosesan dan penyimpanan produk secara aman.
Perusahaan BMS didirikan di Luksemburg pada 1979 dan telah beberapa kali ditunjuk untuk menjadi mitra kerja utama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta berbagai organisasi internasional lainnya.
Pada 2020, BMS mendapatkan penghargaan dari Federasi Bisnis Luksemburg atas inovasi teknologinya untuk pengamanan mesin pendingin medis dari kehilangan daya listrik.
BMS saat ini mendapatkan mandat penuh dari Pemerintah Luksemburg untuk memprioritaskan penyediaan alat pendingin vaksin yang efisien, khususnya untuk negara berkembang di wilayah tropis dan berdataran rendah yang sulit dijangkau.
Terkait mandat itu, BMS telah mengirimkan lebih dari 300 juta unit alat pendingin vaksin ke seluruh dunia, di mana Indonesia menjadi salah satu dari 10 tujuan prioritas penyediaan mesin pendingin.
Dubes Andri Hadi bertemu dengan CEO B Medical Systems (BMS) Luc Provost di kantor pusat perusahaan tersebut di Parc Hosingen, Luksemburg dalam upaya meningkatkan diplomasi ekonomi dan kerja sama farmasi antara kedua negara.
Kunjungan itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan virtual antara Menlu RI dengan Menlu Luksemburg pada Maret 2021 yang menyepakati kedua negara untuk terus meningkatkan kemitraan yang saling menguntungkan di berbagai bidang, termasuk kesehatan.
Dubes Andri Hadi mendorong agar dalam waktu dekat BMS dapat memperluas investasinya di Indonesia dengan membangun pabrik, demikian disampaikan dalam keterangan KBRI Brussels yang diterima di Jakarta, Jumat.
"Selain mendatangkan investasi, pembangunan pabrik BMS di Indonesia juga akan menghadirkan berbagai dampak positif seperti bertambahnya lapangan pekerjaan," ujarnya.
Dengan BMS membuka pabrik di Indonesia, menurut dia, Indonesia dapat diuntungkan dengan kerja sama alih teknologi tinggi dalam produksi mesin pendingin medis, peningkatan citra positif Indonesia dalam produksi peralatan kesehatan di tingkat global, serta potensi penyerapan bahan baku/komponen lokal hingga lebih dari 50 persen untuk produksi mesin pendingin medis.
Dalam pertemuan tersebut, CEO BMS Luc Provost menyampaikan bahwa perusahaan tersebut telah ikut serta dalam upaya penanganan wabah pandemi COVID-19 di Indonesia, khususnya dalam mendukung aspek logistik dan distribusi vaksin yang aman kepada masyarakat.
"Bahkan sebelum merebaknya wabah COVID-19, kami juga telah hadir untuk Indonesia," katanya.
Saat bencana gempa bumi di Palu pada 2018, BMS memberikan donasi serta mendistribusikan peralatan medis bagi korban. Sebelumnya, BMS pada 2006 juga memberikan bantuan peralatan medis bagi Indonesia sebanyak 1.155 unit.
BMS saat ini sedang menjajaki potensi untuk membangun jalur perakitan (assembly line) di Indonesia dengan harapan dapat terwujud pada akhir 2021. Melalui rencana tersebut, Indonesia akan menjadi salah satu bagian penting dari alur produksi dan distribusi rantai dingin vaksin serta mesin pendingin medis secara global.
Untuk ekspansi bisnisnya tersebut, BMS menggandeng perusahaan Indonesia PT. EMS Indoappliances (EMSI). Selama 7 tahun terakhir, EMSI dipercaya mengelola sekitar 100.000 produk BMS di Indonesia.
Aktivitas ekonomi utama BMS adalah produksi mesin pendingin berteknologi tinggi untuk penyimpanan berbagai produk medis, seperti vaksin, plasma darah dan spesimen uji klinis yang sensitif terhadap temperatur udara.
BMS juga bergerak di sektor logistik yang terkait erat dengan produk medis yang mencakup transportasi, pemrosesan dan penyimpanan produk secara aman.
Perusahaan BMS didirikan di Luksemburg pada 1979 dan telah beberapa kali ditunjuk untuk menjadi mitra kerja utama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta berbagai organisasi internasional lainnya.
Pada 2020, BMS mendapatkan penghargaan dari Federasi Bisnis Luksemburg atas inovasi teknologinya untuk pengamanan mesin pendingin medis dari kehilangan daya listrik.
BMS saat ini mendapatkan mandat penuh dari Pemerintah Luksemburg untuk memprioritaskan penyediaan alat pendingin vaksin yang efisien, khususnya untuk negara berkembang di wilayah tropis dan berdataran rendah yang sulit dijangkau.
Terkait mandat itu, BMS telah mengirimkan lebih dari 300 juta unit alat pendingin vaksin ke seluruh dunia, di mana Indonesia menjadi salah satu dari 10 tujuan prioritas penyediaan mesin pendingin.